Senin 02 Jun 2014 15:26 WIB

SBY Cium Geliat Politik Perwira TNI Aktif

TNI Polri
Foto: Antara
TNI Polri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencium adanya kegiatan politik di lingkungan TNI/Polri. Ia mengatakan telah mendapatkan informasi tentang adanya pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk terjun di politik praktis.

"Informasi beredar. Informasi yang telah dikonfirmasi, bukan informasi yang tidak ada nilainya mengatakan; ada pihak-pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk berpihak kepada yang didukungnya," katanya saat memberikan pengarahan kepada perwira tinggi TNI/Polri di Kementerian Pertahanan, Senin (2/6).

Bahkan, ia juga mendapatkan informasi pihak tersebut bahkan menghasut agar para perwira tidak perlu lagi mendengarkan presiden yang tak lain pemimpin tertinggi dalam TNI/Polri.

"Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar presiden kalian kan itu kapal karam. Kapal karam itu kapal yang sudah mau tenggalam, berhenti, mau selesailah maksudnya begitu. Lebih baik mencari kapal baru yang tengah berlayar dan matahari yang masih bersinar. Saya tahu. Saya mendengar," katanya yang diiringi jeda cukup lama sambil melihat satu persatu petinggi TNI/Polri yang ada di hadapannya.

Menurutnya, tindakan itu harus diwaspadai oleh para perwira lainnya. Tindakan itu dinilainya hanyalah sebuah godaan politik. Bahkan, menurutnya, sama saja mengajari seorang perwira untuk menabrak sapta marga dan sumpah prajurit yang setiap hari diucapkan jajaran TNI/Polri.

Ia mengaku khawatir hal tersebut memiliki tujuan yang tidak baik. Tak hanya bagi para perwira, tetapi juga pada lembaga TNI/Polri dan bahkan bagi negara.

"Kita mengenal nilai-nilai dan etika itu. Kalau dilihat secara jernih, itu juga merupakan benih-benih subordinasi. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Jangan tergoda. Saya khawatir, niat dan tujuannya tidak baik," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement