Jumat 06 Jun 2014 13:34 WIB

Bantul Ikutkan 28 Perajin ke Jakarta Fair

Foto: Republika/Agung Fatma Putra
"Kerak Telor" seller line up outside the arena of Jakarta Fair in Kemayoran, Central Jakarta. Kerak telor is traditional version of omelette.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengikutsertakan 28 perajin ke Jakarta Fair, 6 Juni sampai 6 Juli 2014.

Untuk pameran sebulan Jakarta para peserta dari Bantul akan dibagi menjadi empat "shift", masing-masing selama sepekan, kata Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Bantul, Sahadi, Jumat.

Menurut dia, sebanyak 28 perajin yang diikutsertakan itu merupakan perwakilan dari berbagai macam industri kreatif, baik di bidang kuliner, perajin kulit, perajin batik, aksesoris dan sejumlah produk unggulan khas yang diproduksi perajin dari daerah ini.

"Kami harapkan semua peserta memanfaatkan pameran ini dengan sebaik-baiknya, dengan harapan produk mereka semakin dikenal. Ini salah satu upaya kami untuk mengenalkan dan promosi produk kerajinan Bantul," katanya.

Ia mengatakan, perajin yang ikut pameran ini memang berangkat ke Jakarta dengan biaya sendiri, akan tetapi selama mengikuti pameran mendapatkan bantuan uang untuk biaya makan, sewa penginapan serta difasilitasi tempat untuk pameran tersebut.

"Upaya ini sudah kesekian kalinya, dan setiap tahun kami ikutkan perajin untuk pameran di Jakarta, dulu namanya Pekan Raya Jakarta (PRJ), responsnya cukup bagus dan berdampak pada penjualan baik secara langsung maupun tidak langsung," katanya.

Sementara itu, kata dia perajin yang diikutkan pameran di Jakarta adalah mereka yang telah memproduksi kerajinan khas dan sudah berjalan selama beberapa tahun, sehingga bukan perajin baru dengan produk baru.

"Setiap tahun perajin yang kami ikutkan berbeda, dan diprioritaskan bagi perajin yang belum pernah ikut, atau setidaknya minimal selama dua tahun berturut-turut tidak ikut pameran, hal ini untuk memberikan kesempatan perajin lain untuk berkembang," katanya.

Namun saat ditanya target omzet dari transaksi penjualan selama pameran, ia mengatakan secara angka tidak ada, melainkan melihat peningkatan penjualan dan apakah itu sebanding dengan biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam memfasilitasi.

"Jadi setelah selesai pameran tidak dibiarkan begitu saja, tetap kami evaluasi, penjualannya bagaimana, kemudian di bandingkan dengan biaya, kalau pengaruhnya bagus, tahun depan kami tambah perajinnya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement