REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Innalillahi wa Innalillahi Rooji'un, bangsa Indonesia kembali kehilangan ulama besar dengan wafatnya KH. Ahmad Idris Marzuki, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri.
Almarhum wafat pada pukul 09:50, di Rumah Sakit (RS) Dr. Soetomo, Surabaya. Rencananya, almarhum akan dimakamkan malam ini, pukul 20:00 WIB, di pemakaman keluarga Lirboyo.
Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siraj, menyatakan sangat kehilangan dan berduka terhadap wafatnya almarhum KH. Idris Marzuki.
"Sebagai murid, saya tentu sangat kehilangan dan sangat berduka. Atas nama pribadi dan Nahdlatul Ulama, saya sampaikan belasungkawa. Insya Allah, siang ini saya akan ke Kediri untuk takziah," tutur Kiai Said pada Senin pagi (9/6).
Mbah Kiai Idris merupakan ulama besar, sederhana, zuhud dan sama sekali tidak memikirkan dunia.
Kiai Said masih ingat saat Muktamar (NU) di Lirboyo dahulu, bagaimana beliau berusaha keras untuk bisa menyukseskan acara. Padahal, fasilitas yang ada saat itu tidak sebagus sekarang. Mbah Kiai Idris meninggal dengan tenang, karena meninggalkan murid-murid dalam kondisi yang saat ini sudah baik.
Jasa almarhum, tutur Kiai Said, sangat besar sekali, tidak hanya untuk Lirboyo, tapi juga umat Islam dan warga NU pada umumnya. "Saya bertemu terakhir kemarin, 4 Juni, saat bersama-sama ke Ploso (Haul Ploso). Tidak ada pesan apapun, beliau juga masih senyum-senyum," ujar Kiai Said. Saat itu, Kiai Idris memang sudah sakit, tapi masih tenang dan cerdas saat berbicara.