REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- MAARIF Institute kembali menggelar MAARIF Award di tengah hiruk-pikuk politik pilpres, akhir pekan lalu (7/6) di Studi Metro TV.
Masril Koto (Agam) dan Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (Medan) dipilih dewan juri sebagai penerima MAARIF Award 2014 setelah melewati proses seleksi dan penjurian selama lima bulan.
Menurut Direktur Eksekutif MAARIF Institute Fajar Riza Ul Haq, pesan dari penyelenggaraan award ini adalah konsistensi partisipasi kelompok-kelompok sipil di tingkat lokal merupakan salah satu penyangga utama demokrasi yang substansial.
"Politik hari-hari ini digerakkan oleh mesin-mesin politik yang instan dan meminggirkan suara rakyat maka semangat MAARIF Award berakar pada prakarsa lokal, solidaritas, dan komitmen menjahit kebhinekaan atas dasar nilai-nilai kemanusiaan. Ini semacam interupsi terhadap kebisingan politik jelang pilpres," imbuh Fajar.
Dalam keputusannya, anggota dewan juri TGH Hasanain Juaini menilai kedua penerima award tahun ini mencerminkan komitmen bahwa kebhinekaan adalah kunci modalitas sosial Indonesia sebagai bangsa yang majemuk.
"Masril Koto memprakarsai pendirian LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis) di daerah Sumatera Barat. Jumlahnya mencapai lebih dari 500 lembaga. Salah satu kontribusinya adalah mentransformasikan peran bank petani itu dalam proses mediasi dan resolusi konflik," tutur Hasanain.
Adapun Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda berperan dalam proses pembauran sejak 1987. Yang menarik, menurut di, pendekatan subsidi silang pembiayaan sekolah dari orang mampu ke yang tidak mampu sangat efektif dalam mengikis kecemburuan sosial akibat kesenjangan ekonomi.
Hadir dalam malam penganugerahan itu antara lain Jusuf Kalla, Menteri Perdagangan M. Luthfi, Jeffrie Geovanie, Rizal Sukma, Suyoto, Clara Joewono, Romo Magnis, Sarwono Kusumaatmaja.