REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Piala Dunia 2014 di Brasil belum resmi dibuka, tetapi FIFA terus dipusingkan masalah penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar.
Para petinggi sepak bola termasuk UEFA terus menyuarakan suaranya, meminta Sepp Blatter segera mundur terkait kasus suap pemilihan Piala Dunia 2022 Qatar.
Bukannya bergeming, Blatter bahkan menyanggah tuduhan yang ditujukkan padanya dan menyebut media Inggris yang mengangkat isu tersebut dimotivasi oleh sikap rasis.
Dilansir BBC, sehari setelah Blatter menuduh media Inggris melakukan tindakan rasis, FIFA mengadakan kongres tahunan di Kota Sao Paulo untuk membahas tuduhan korupsi terkait pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Dalam pertemuan ini, Ketua Asosiasi Sepakbola Belanda (KNVB), Michael van Praag, mengatakan jika benar-benar ingin memperbaharui FIFA maka harus menempatkan orang baru untuk mengubah reputasi buruk FIFA selama ini.
"Ini bukan soal pribadi. Tapi jika Anda melihat reputasi FIFA dalam tujuh atau delapan tahun terakhir, reputasi ini dikaitkan dengan segala jenis korupsi dan semua hal yang berkaitan dengan jejaring orang-orang lama," ujar Van Praag.
Menanggapi seruan tersebut, Blatter menegaskan ia tidak akan mengundurkan diri. Bahkan diperkirakan, ia akan memanfaatkan kongres tersebut untuk mengumumkan pencalonannya lagi sebagai bos FIFA untuk empat tahun berikutnya.
Mengetahui Blatter akan kembali mencalonkan diri, UEFA menjadi pihak yang paling keras menolak hal tersebut. Badan Tertinggi Sepakbola Eropa ini bahkan dikabarkan tengah menyiapkan pertemuan guna membahas upaya melengserkan Blatter yang telah menjabat sejak 1988.
Gianni Infantino, pejabat UEFA, mengungkapkan ketidaksukaannya kepada sikap Blatter yang telah mencoreng nama baik FIFA dan menuduh media Inggris melakukan rasis.
"Saya pikir semua orang setuju kalau masalah ini (suap) tidak ada hubungannya dengan rasisme. Itu adalah upaya putus asa untuk mengalihkan perhatian dan mencari perhatian dari berbagai pihak," ucap Infantino seperti dilansir Football-Italia.