Jumat 13 Jun 2014 13:33 WIB

Dubes AS Kunjungi Hutan Papua, Ada Apa?

Dubes AS untuk Indonesia Robert O Blake Jr bersalaman dengan Rektor UMM Muhadjir Effendy.
Foto: Humas UMM
Dubes AS untuk Indonesia Robert O Blake Jr bersalaman dengan Rektor UMM Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O Blake Jr memuji kekayaan hayati hutan bakau (mangrove) di wilayah pesisir Mimika, Papua dan mengharapkan masyarakat setempat dapat menjaga dan melestarikannya.

"Saya belum pernah melihat pohon-pohon bakau yang sangat tinggi dengan jenis yang beraneka ragam. Hutan mangrove yang paling besar dan memiliki keanekaragaman hayati paling kaya ada di Mimika," kata Robert Blake di Timika, Jumat (13/6).

Pada Kamis (12/6) Dubes AS Robert Blake bersama rombongan meninjau kawasan konservasi hutan bakau di Kampung Pigapu-Logpon, Distrik Iwaka. Rombongan Dubes AS memilih menggunakan perahu motor menyusuri alur sungai yang berkelok-kelok dari Pelabuhan Amamapare menuju Kampung Pigapu agar bisa melihat dari dekat ekosistem hutan bakau yang sangat lebat di wilayah pesisir Mimika.

Menurut Robert Blake, kawasan hutan bakau di Mimika seluas 250 ribu hektare menyimpan karbon dalam jumlah yang sangat besar. Hal itu sangat penting untuk membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan menurunkan temperatur.

Mengingat pentingnya keberadaan kawasan hutan bakau di pesisir Mimika maka sejak 2013 Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) melalui Indonesia Forest and Climate Support (IFACS) bekerja sama dengan Pemkab Mimika serta masyarakat Pigapu-Wania menjalankan program perlindungan konservasi hutan bakau dari ancaman kepunahan akibat pembabatan yang tidak terkendali.

Robert O Blake mengakui saat ini keberadaan kawasan hutan bakau di Indonesia, termasuk di Papua, khususnya di Mimika sedang terancam karena pemotongan yang berlebihan dan kepentingan pembangunan infrastruktur.

"Setiap hari kita menyaksikan hal-hal tersebut yang mengancam kelestarian kawasan hutan, terutama hutan bakau. Itulah mengapa USAID dan IFACS bekerja sama dengan pemerintah daerah Mimika serta masyarakat untuk melindungi hutan ini. Kita akan membentuk kelompok kerja untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan agar kelak bisa digunakan untuk anak cucu kita," ujar Dubes AS.

Untuk diketahui, hutan bakau di Mimika memiliki 29 jenis, hal itu lebih tinggi dari spesies hutan bakau di tempat lainnya yang paling tinggi hanya 17 spesies. Keberadaan hutan bakau dinilai sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir karena dapat melindungi mereka dari ancaman angin topan dan abrasi. Selain itu, keberadaan hutan bakau juga menjadi habitat bagi ikan, udang, kepiting dan ekosistem perairan lainnya.

"Keberadaan hutan bakau tidak hanya penting untuk keberlangsungan keanekaragaman hayati dan melindungi karbon tetapi juga harus dapat menyediakan mata pencaharian yang berkelanjutan bagi masyarakat di Mimika," harap Robert Blake.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement