Ahad 15 Jun 2014 16:14 WIB

Serangan ISIL Melambat, AS Pindahkan Kapal Induk

Rep: c66/ Red: Bilal Ramadhan
Irak
Irak

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD-- Serangan dari kelompok pemberontak Irak telah mengalami penurunan, Sabtu (14/6). Lambatnya gerakan dari pemberontak yang diduga kelompok Negara Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIL) mengurangi kekhawatiran pemerintah akan serangan tambahan.

Dengan penurunan serangan yang dilakukan ISIL di Irak, Amerika Serikat (AS) segera memerintahkan kapal induk untuk dipindahkan ke teluk. Hal ini untuk mengejar strategi militer AS membantu Pemerintah Irak memukul mundur ISIL yang telah menyerbu wilayah utara dan hendak bergerak maju ke Baghdad.

Kapal USSR, yang pernah digunakan mantan Presiden AS, George W Bush saat perang Irak 2003 lalu akan dipakai kembali. Kapal ini memiliki kemampuan untuk meluncurkan serangan udara, penerbangan pengintaian, melakukan pencarian dan penyelamatan. Selain itu, pejabat pertahanan AS mengatakan kapal ini memungkinkan operasi keamanan di laut dilakukan.

Seorang pejabat Irak mengatakan negara telah bekerjasama dengan AS untuk memulihkan keamanan di Irak. Negara tetangga Irak, Iran juga dikatakan telah menawarkan bantuan dan bekerjasama dengan AS untuk mengamankan Irak dari ISIL.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan jika negaranya siap bekerjasama dengan AS untuk membasmi kelompok teroris. Pernyataan Presiden Iran ini sekaligus menjadi pertanda mencairnya hubungan antagonistik AS dan Iran. Menurut salah satu media di Iran, pemerintah negara tersebut akan mengirim penasihat perang dan sejumlah persenjataan.

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan Pemerintah Irak harus mengesampingkan segala perbedaan-perbedaan yang rentan memicu konflik di negaranya. Dengan demikian, AS dapat berhasil membantu Irak menangani kekacauan di negara itu. Kerry mengatakan pada Menteri Luar Negeri Irak, Hoshyar Zebari pendekatan yang terkoordinasi dan efektif diperlukan untuk menempa persatuan nasional di Irak.

AS mengatakan bahwa negaranya menjanjikan bantuan sebesar 12 juta dollar kepada Pemerintah Irak. Bantuan tersebut ditekankan oleh AS adalah untuk melawan pemberontak dan Pemerintah Irak harus menjamin perang yang terjadi bukanlah perang sektarian.

Dalam sebuah kunjungan ke Kota Samarra, Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki mengatakan dirinya berjanji akan mengusir para pemberontak. Maliki menyatakan para pemberontak dapat menghambat terwujudnya Irak sebagai sebuah negara kesatuan. Ia juga menilai, kelompok pemberontak memicu konflik sektarian yang sebelumnya sempat mereda.

Pasukan Keamanan Irak telah menyerang sebuah formasi ISIL di Kota al-Mutasum, yang terletak di sekitar 22 km (14 mil) di tenggara Samarra. Pemerintah Irak juga kembali mendapatkan kendali atas Kota Ishaqi, sebuah kota kecil dekat Samarra yang sempat dikuasai pemberontak. 

"Kami terus berinisiatif membebaskan Kota Mosul dari kendali pemberontak dan kami tidak akan berhenti untuk mengamankan seluruh wilayah yang dikuasai pemberontak," ujar Mayor Jenderal Qassim al-Mosussawi, juru bicara militer Irak, dilansir Reuters, Ahad (15/6).

Tentara Irak telah didukung oleh milisi Syiah, Asaib Ahl al-Haq untuk merebut kembali Kota Muqdadiya. Sehari setelah Mosul dikuasai, ISIL meneruskan invasinya ke beberapa wilayah lain di Irak. ISIL juga mengancam akan bergerak maju ke Baghdad, yang kelompok itu katakan untuk menyelesaikan 'dendam pribadi' dengan Maliki.

Selain Kota Muqdadiya, tentara Irak dan milisi Asaib telah melancarkan serangan pada pemberontak di Udhaim. Kota yang berada sekitar 90 km (60 mil) di utara Baghdad itu kini telah diamankan kembali oleh Pemerintah Irak dengan mengusir pemberontak yang menduduki gedung-gedung pemerintahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement