REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman telah membuat program pembuatan fasilitas sanitasi berupa jamban untuk masyarakat setempat. Namun, program tersebut belum sepenuhnya berhasil karena masih ditemukan sebagian warga yang buang air besar (BAB) sembarangan.
"Memang di Sleman, ada sebagian kecil masyarakat yang masih BAB sembarangan," ujar Kepala Bidang Penangguangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sleman, Novita Krisna, Rabu (18/6).
Program pembuatan jamban hingga toilet umum, diakui Novita telah dibuat tahun lalu di wilayah Sleman. Proyek yang melibatkan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Sleman tersebut juga membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Program sanitasi ditargetkan bisa meningkatkan kebersihan dan kesehatan masyarakat.
Meski demikian, program tersebut dinilai masih membutuhkan komitmen warga setempat untuk tidak BAB sembarangan. Komitmen dari perangkat desa hingga dusun sebenarnya telah diberikan melalui deklarasi bersama setop BAB sembarangan. Namun, komitmen tersebut dinilai masih harus diikuti oleh semua lapisan masyarakat.
Desa Margoagung di Kecamatan Seyegan merupakan salah satu desa yang menyatakan deklarasi untuk mendukung sanitasi berbasis masyarakat dan tidak BAB sembarangan. Deklarasi dibuat pada Rabu di balai desa setempat dengan tujuan untuk mengajak masyarakat tidak buang air sembarangan. "Sekitar 5 persen warga Seyegan masih BAB sembarangan, biasanya di sungai atau selokan," terang petugas Sanitarian Puskesmas Seyegan, Heri Purnomo.
Kebiasaan BAB sembarangan tersebut dinilai Heri dapat menyebabkan penyebaran penyakit, salah satunya adalah tuberkulosis (TBS). Dia mengaku pasien TBC masih ditemukan di Seyegan. "Kami membentuk tiga kader setiap dusun untuk menanggulangi TBC," ungkap Heri.
Camat Seyegan, Budi Sutamba mengakui ada warganya yang masih BAB sembarangan. Untuk mengurangi warga yang BAB sembarangan, pemerintah setempat mendata warga yang tidak memiliki jamban. Sebanyak 60 kepala keluarga (KK) diketahui tidak memiliki jamban. "Kami memfasilitasi dengan membuatkan jamban warga," ujarnya.
Kebiasaan BAB sembarangan dinilai Budi tidak mudah diubah. Karena itu, Kecamatan Seyegan mengintensifkan penyuluhan terkait kesehatan. "Dari lembaga pemerintah desa dan swadaya masyarakat sudah menjembatani dengan pembuatan jamban tetapi memang mengubah kebiasaan BAB sembarangan tidak mudah," terangnya.