REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Produksi opium di Myanmar bangkit kembali sejak 2007, tujuh tahun setelah pemberantasan narkotika nasional 15 tahun (1999-2014) dilaksanakan, kata media setempat mengutip pejabat Kementerian Dalam Negeri, Rabu.
Brigjen Kyaw Kyaw Tun, Wakil Menteri Dalam Negeri, mengatakan kepada Majelis Rendah bahwa budidaya opium menurun sejak awal gerakan sampai 2006.
Myanmar diatur untuk melanjutkan rencana membasmi obat untuk lima tahun lagi 2014-2019, yang bertujuan untuk mengambil momentum dari rencana 15 tahun (1999-2014) terakhir, kata pejabat itu.
Pihak berwenang Myanmar telah bersumpah untuk berkolaborasi lebih banyak dengan organisasi internasional selama perpanjangan periode lima tahun untuk memberantas budidaya poppy, terutama di 51 kota dari empat negara bagian etnis Shan, Kachin, Kayah dan Chin.
Pemerintah telah bekerja sama dengan Kantor PBB untuk Obat dan Kejahatan (UNODC) sejak tahun 2002 guna memantau pertumbuhan opium di negeri ini.
Menurut pejabat itu, tahun lalu mencatat budidaya otal 57.800 hektar perkebunan opium.
Selama periode 16 tahun terakhir, pemerintah Myanmar telah menyita 50.000 kg obat terlarang termasuk 9.475 kg heroin.
Myanmar dikenal sebagai penghasil poppy terbesar di Asia Tenggara, negara terbesar dunia kedua budidaya poppy setelah Afghanistan.