REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -– Hujan yang masih mengguyur pada pekan ketiga Juni, membuat belasan ribu hektare tambak garam di Kabupaten Cirebon belum bisa berproduksi. Dampaknya, produksi garam lokal terancam menurun.
‘’Hujan yang turun selama seminggu (di masa produksi), membuat produksi garam akan mundur sebulan kebelakang,’’ ujar Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon, M Insyaf, kepada Republika, Kamis (19/6).
Insyaf menjelaskan, saat ini, harusnya petani sudah memulai proses pematangan lahan untuk membentuk kristalisasi garam. Namun, proses itu tidak bisa dilakukan karena hujan yang turun membuat tingkat salinitas (keasinan atau kadar garam terlarut dalam air) menjadi rendah. Akibatnya, ‘penuaan’ air di tambak garam menjadi lambat.
Menurut Insyaf, terhambatnya produksi garam akan membuat produksi garam lokal petani terancam menurun. Dalam kondisi normal, produksi garam di Kabupaten Cirebon mencapai 36 ribu ton selama satu musim. Untuk masa produksi yang mundur satu bulan akibat hujan yang masih turun, akan menghilangkan produksi sebanyak 10 ribu ton.
‘’Kalau hujannya lebih lama, maka masa produksi akan lebih mundur lagi. Dampaknya, produksi garam yang hilang juga akan lebih banyak lagi,’’ terang Insyaf.
Hal senada diungkapkan petani garam di Kabupaten Indramayu, Juendi. Dia menjelaskan, hujan yang masih turun saat ini membuat ribuan hektare lahan tambak di Kabupaten Indramayu tidak bisa berproduksi.