REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan risiko tekanan inflasi pada semester II-2014 akan meningkat disebabkan oleh sejumlah faktor risiko. "Sejumlah faktor risiko yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi salah satunya dampak El Nino yang terjadi pada beras, CPO dan beberapa komoditas lainnya," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Zulverdi saat diskusi dengan wartawan di Jakarta, Rabu (25/6).
Namun, lanjut Dody, dengan bobot yang besar di indeks harga konsumen (IHK), pemerintah memonitor dampak El Nino pada komoditas beras terutama jika intensitasnya meningkat dari moderat menjadi kuat. Faktor lainnya yakni kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) yang lebih luas dari pembahasan APBN-P 2014 yakni mencakup juga kelompok rumah tangga golongan 1300 VA-5500 VA per Juli.
"Rencana kenaikan tarif batas atas angkutan udara sebesar 20-25 persen, tarif kereta api ekonomi jarak jauh dan menengah, serta kenaikan LPG 12 kilogram tahap II juga akan berpotensi menigkatkan laju inflasi," ujar Dody.
Dody menuturkan, berbagai risiko inflasi tersebut berpotensi menyebabkan pola inflasi Ramadhan-Idul Fitri tahun ini agak berbeda dari biasanya. "Perbedaannya terutama pada koreksi harga yang biasanya terjadi cukup dalam paska lebaran kemungkinan tahun ini koreksinya tidak sedalam biasanya," ujar Dody.
Menurut Dody, hal tersebut terjadi karena pada saat yang sama terjadi penyesuaian berbagai administered prices dan dampak dari El Nino yang diperkirakan mulai dirasakan sekitar Juli- Agustus tahun ini.