REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat terbuka Romo Franz Magnis Suseno yang menyebut Amien Rais sebagai seorang Islam garis keras lantaran mendukung Prabowo Subianto dinilai sebagai pernyataan tendensius pendukung pasangan nomor urut dua, Jokowi-JK.
"Jadi, pernyatan Franz itu sangat ambigu. Saya melihatnya sebagai bentuk kepanikan pendukung capres nomor urut dua, Joko Widodo (Jokowi). Franz bukan tidak tahu hal itu. Jadi, tidak ada Islam garis keras di kubu Prabowo," sebut Wakil Sekjen MUI Ustaz Tengku Zulkarnain, Rabu (2/7) malam WIB.
Menurut Tengku, tidak ada pendukung prabowo yang menyerang Jokowi, termasuk menuding Jokowi didukung tokoh Syiah, Ahmadiyah dan aliran sesat. Kubu Prabowo, kata dia, tidak mengangkat isu-isu sektarian kampungan itu.
Dia menyatakan, prabowo menunjukkan kampanye secara elegan. Jadi, ini menunjukkan pendukung Jokowi sedang panik. Tokoh sekaliber Franz magnis Suseno, yang selama ini mendukung demokrasi, tentu tidak boleh menolak hasil demokrasi.
"Ini risiko demokrasi, kalau tidak ada yang ideal memimpin Indonesia, tentu harus diterima. Bahkan pemenangnya kambing pun harus diterima, itulah risiko demokrasi," ungkap Tengku.
Surat terbuka Frans Magnis ini berpotensi menimbulkan kegoncangan antarumat beragama. Pernyataan Franz Magnis itu mirip dengan gambar Wimar Witoelar yang mengunggah foto 'Galeri Kebangkitan Para Bandit atau Bajingan'.
Bahkan foto Abu Bakar Baasyir, yang tidak pernah bertemu Prabowo dan saat ini ditahan di Nusa Kambangan, tampak pula di gambar Wimar. Lalu, ada pula lambang MUI dan Muhammadiyah di gambar Wimar itu.
"Apa maksudnya Din Syamsuddin penjahat? Beliau itu sangat moderat dan alumni program doktor dari Amerika Serikat juga," ungkap Tengku.