REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengepungan kantor TV One Jakarta dan Yogyakarta oleh kader PDIP, merupakan pemahaman yang salah terhadap demokrasi. “Ini adalah cermin dari nilai yang ditanamkan oleh partai politik kader tersebut," kata pengamat politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko kepada wartawan, kemarin.
Anang menegaskan bahwa jika partai politik menanamkan nilai seperti nasionalisme, dan demokrasi dengan cara yang salah, maka pemahaman para kader juga salah. Lebih jauh dari itu, Anang melihat penyerbuan yang terjadi masuk ranah kriminal.
“Ini kriminal karena ada pelanggaran terhadap kebebasan pers yang sudah tumbuh baik sejak reformasi. Dalam bekerja, pers memiliki privilege dan punya prosedur sendiri. Jika media tidak tepat atau salah memberitakan, ada mekanisme hak jawab silakan menempuh mekanisme itu,” kata Anang.
Kondisi kekerasan pada pers ini, menurut Anang sama saja dengan mempersilakan rezim otoriter tumbuh kembali. “Menurut saya indikasi negara tidak sehat adalah jika pers juga tak sehat,” sebut Anang.
Puluhan kader PDIP menggeduruk kantor TV One lantaran dipicu imbauan SekjenPDIP Tjahjo Kumolo yang meminta semua kader partai itu untuk siaga satu, merespon pemberitaan televisi yang dimiliki Aburizal Bakrie tersebut.
Seruan itu disikapi oleh kader simpatisan PDIP dengan menyerbu kantor TV One di wilayah Rawa Gelam, Yogyakarta, Kamis dini hari. Simpatisan partai juga sempat melakukan penyegelan dan aksi vandalisme.