REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menurut Survei terakhir Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilis senin (7/7) kedua pasangan capres-cawapres hanya memiliki selisih 3,60 persen untuk keunggulan Jokowi-JK. Selisih tersebut kembali melebar setelah sebelumnya elektabilitas kedua kandidat hanya terpaut 0,5 persen pada survey 25-29 Juni 2014 lalu.
Menurut Peneliti Senior LSI Fiitri Hari, ada beberapa faktor yang menyebabkan jurang selisih tersebut kembali terbuka. Terutama faktor-faktor di pekan terakhir kampanye yang jauh lebih dinamis.
"Ada penguatan di segmen pemilih "wong cilik". Pasangan Jokowi-JK banyak memberi letupan program yg lebih fresh dan menarik di akhir masa kampanye politik," jelas Fitri saat Konferensi pers "kebangkitan di minggu terakhir head to head Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta" di kantor LSI, Jakarta, Senin (7/7).
Menurut Fitri, menjelang akhir masa kampanye pergerakan tim Jokowi-JK justru lebih masif terutama di daerah yang banyak penduduk. Hal itu didukung dengan program mereka yang mampu menarik simpati dan keyakinan pemilih baik pemilih menengah atas maupun menengah bawah.
Selain dikalangan wong cilik, kampanye yang dilakukan artis pendukung Jokowi-JK di media sosial mampu mendongkrak elektabilitas pasangan nomor urut dua itu.
"Para artis dan selebritis itu aktif di media sosial dengan gerakan #AkhirnyaMemilihJokowi," jelasnya.
Kemudian, lanjut Fitri berbagai publikasi tentang isu dan program Jokowi-JK yang lebih baru dan konkret dalam seminggu terakhir mampu menarik simpati pemilih dari berbagai kalangan.
"Program tersebut yaitu 3 peraturan presiden dalam 100, lima kontrak dengan rakyat, dan 9 program nyata yang dipublikasikan massif lewat serangan darat," katanya.
Bayangan kekalahan Jokowi dalam berbagai survei juga membuat para kader partai dan relawan Jokowi melakukan penggalangan dukungan kembali Jokowi-JK. Gerakan tersebut mampu kembali mendongkrak elektabilitas Jokowi-JK.
"Sementara untuk Prabowo-Hatta konsisten, namun tidak banyak perubahan berarti hingga akhir kampanye sementara Jokowi-JK bisa heboh di akhir kampanye," tambah Fitri.