REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Jember (Unej) Muhammad Iqbal mengatakan, pasangan Jokowi-JK telah mengadili pilihan rakyat. Pernyataan tersebut menanggapi perkataan Presidium Seknas Pemenangan pasangan nomor urut 2, Muhammad Yamin SH yang menyatakan bahwa hanya kecurangan yang dapat mengalahkan Jokowi- JK
Iqbal menyebut, statemen tersebut adalah bentuk arogansi atau sikap jemawa dari kubu Jokowi. “Ucapan itu sama saja melakukan pengadilan terhadap pilihan rakyat, padahal dia tak berhak sama sekali melakukan itu,” kata Iqbal kepada wartawan, Selasa (8/7)
Menurut dia, Pilpres 9 Juli, adalah satu tahapan suksesi kepemimpinan yang harus berlangsung dengan baik dan hasilnya harus dihormati semua pihak. Bagaimanapun, kata Iqbal, hasil pilpres adalah pilihan rakyat.
“Kegiatan kampanye atau debat adalah sebagian dari usaha edukasi politik untuk rakyat. Setelah itu di tangan rakyatlah keputusan memilih itu terjadi,” kata Iqbal.
Dia menyatakan, sikap menghakimi semacam itu menunjukan kubu Jokowi-JK tidak siap untuk menerima kekalahan. Sikap itu sangat berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh kubu Prabowo-Hatta.
Menurut Iqbal, beberapa kali Prabowo mengatakan bahwa mereka akan menghormati apapun keputusan rakyat Indonesia dalam Pilpres. “Ini ucapan seorang negarawan. Dengan jiwa besarnya, dia menghargai apapun yang diputuskan oleh rakyat," kata Iqbal.
Sikap negarawanan ini juga muncul ketika pasangan nomor urut 1 itu melakukan debat capres dan cawapres. “Jika lawan politiknya mengemukakan program yang bagus, dia tak segan setuju, meski harus berbeda pendapat dengan tim suksesnya. Itu tercermin pada gesture, diksi Prabowo dan Hatta,” kata Iqbal.
Sebaliknya, sikap berbeda ditampilkan oleh pasangan Jokowi-JK dalam beberapa kali debat. “Jujur saya katakan, di sini bahwa Jokowi dan JK tidak menunjukkan sikap seperti itu. Mereka cenderung sinis terhadap lawan politiknya.”