REPUBLIKA.CO.ID, TANGGERANG -- Sikap empati masyarakat terhadap Palestina jangan sekadar musiman, tapi harus terus-menerus digulirkan di tengah masalah-masalah lain yang juga butuh perhatian. Sebab, isu Palstina merupakan isu dunia Islam dan tak bisa diabaikan.
"Sampai saat ini, empati bangsa Indonesia terhadap Palestina yang cenderung tergantung media," kata
Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia Sarbini Abdul Murad.
Maksudnya, ketika pemberitaan soal bom di Paleatina ditayangkan, masyarakat beramai-ramai menangis dan menyumbang. Tapi ketika pemberitaan reda, masyarakat seolah lupa. "Kita tidak fokus, dan kembali memikirkan hal lain tergantung apa yang diberitakan media," katanya.
Maka dari itu, hal pertama dan yang terpenting dalam merespons isu Palestina adalah dengan memahami akar masalahnya. Dan satu-satunya jalan adalah dengan mempelajari sejarah Yahudi. Dengan begitu, masyarakat akan bisa fokus, concern dan bersatu dalam sumbangsihnya membantu kemerdekaan Palestina tanpa mengenal musim.
Lebih jauh, ia pun berharap persatuan nasional segera terwujud di Palestina. Yakni persatuan antara Hamas dan Fatah. "Jika internal sudah bersatu, akan lebih mudah lagi mengusir Israel dan Palestina," tuturnya.
Meski begitu, ia mengakui, persoalan Palestina memang rumit. Namun bukan berarti masyarakat Islam harus berputus asa dan berdiam diri. Bersama MER-C, ia mengajak masyarakat untuk berbuat. Caranya, dengan menggalang dana, dan saat ini telah berhasil mendirikan Rumah Sakit dari dana masyarakat Indonesia di tanah Gaza.
"Kita tidak frustrasi dengan upaya pembebasan di Gaza, kalau menunggu pemerintah belum bisa, ya kita mulai dengan gerakan masyarakat," ujarnya.