Kamis 24 Jul 2014 14:04 WIB

Furnitur Mewah di Tiongkok Diduga Hasil Pembalakan Liar di Guinea Bissau

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Djibril Muhammad
kayu rosewood
Foto: kayurajin.com
kayu rosewood

REPUBLIKA.CO.ID, BISSAU -- Laporan Environmental Investigation Agency menunjukkan permintaan yang tinggi terhadap komoditas kayu Rosewood di Tiongkok, yang mendorong peningkatan pembalakan liar di belahan negara lain di dunia, khususnya di Guinea Bissau.

Ratusan hingga ribuan dolar AS rela dibayar Tiongkok untuk mendapatkan kayu ini yang menjadi bahan baku hongmu, furnitur klasik Dinasti Qing.

Perwakilan Biodiversity and Protected Areas (Ibap), Abílio Rachid Said mengatakan pembalakan liar di hutan-hutan Guinea terjadi karena anjloknya harga jual dan produksi kacang mete yang merupakan komoditas utama penopang perekonomian negara tersebut. Banyak petani yang beralih profesi menjadi penebang kayu.

Para aktivis lingkungan mengecam praktik illegal logging di Guinea Bissau selama bertahun-tahun. Banyak kedapatan truk terbuka mengangkut batang pohon Rosewood yang akan diekspor ke Tiongkok.

"Rosewood adalah jenis kayu yang permintaannya sangat tinggi di Tiongkok. Guinea Bissau berisiko besar akan kehilangan jenis kayu ini beberapa tahun mendatang," ujar Said, dilansir dari the Guardian, Kamis (24/7).

Setelah militer melakukan kudeta di Guinea Bissau pada April 2012 lalu, aturan hukum memperburuk perekonomian, meningkatkan korupsi, dan mendorong deforestasi.

Presiden Jaringan Hak Asasi Manusia di Guinea Bissau, Fode Mane mengatakan selalu ada penebangan liar pohon dimana-mana. "Perbedaan dulu dan sekarang adalah, menebang pohon itu sekarang sudah bukan lagi dianggap pelanggaran," ujar Mane.

Krisis ekonomi menekan populasi penduduk. Negara-negara donor membekukan dananya untuk Guinea Bissau. Harga ekspor kacang mete anjlok karena sepi peminat. Padahal, 86 persen atau 1,6 juta penduduk menggantungkan hidupnya dari bertani mete.

Untuk mengakses hutan mereka, penebang liar membayar masyarakat miskin hingga 500 dolar AS. Pemuda desa yang kuat bahkan bisa dibayar 2-6 dolar AS per pohon yang ditebang.

Ada kecurigaan bahwa perdagangan tersebut melibatkan polisi dan jagawana hutan, serta pemerintah tingkat tinggi dan pejabat militer. Akibatnya, penegakan hukumnya menjadi sangat sulit. Satu orang perwira militer atau kepolisian ada mungkin menerima 200 dolar AS sebagai suap, menurut seumber the Guardian.

Furnitur Rosewood sangat mahal. Sebagai contoh, harga wadah dari kayu biasa hanya 6.000-10.000 dolar AS, sedangkan yang terbuat dari Rosewood bisa mencapai 18 ribu dolar AS. Produk-produk furnitur yang terbuat dari Rosewood bisa awet hingga 50 tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement