REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Rusia menjawab tantangan sanksi baru dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang dirancang menghukum Rusia yang terus mendukung separatis di Ukraina Timur. Caranya, Rusia akan melokalisasi produk-produk lokalnya dan muncul sebagai negara yang lebih kuat.
Namun, para analis memperkirakan bahwa sektor-sektor kunci, seperti keuangan, pertahanan, dan energi di Rusia akan menderita. Pada Selasa (29/7) malam, Uni Eropa dan AS sepakat untuk mengurangi pergerakan bank BUMN Rusia di pasar modal Eropa. Bank-bank tersebut adalah VTB Bank OAO, Bank of Moscow dan Russian Agricultural Bank.
Uni Eropa juga melarang setiap perdagangan senjata, sedangkan AS melarang ekspor teknologi Rusia untuk pengeboran minyak dan gas laut dalam di Antartika. Sanksi perdagangan Eropa akan diuji coba selama tiga bulan. Rusia menyebut sanksi tersebut sangat merusak dan picik.
"Keputusan Washington tersebut tidak berdampak apa-apa kecuali memperburuk hubungan AS-Rusia dan menciptakan lingkungan tidak menguntungkan di level internasional dimana kerja sama antara negara-negara kami sering memainkan peran yang menentukan," kata perwakilan Kementerian Luar Negeri Rusia, dilansir dari the Guardian, Kamis (31/7).
Saham VTB sebagai bank terbesar kedua Rusia turun tiga persen pada perdagangan saham Rabu (30/7). Kerugian ini semakin dalam sebab saham-saham MICEX dan RTS sebaliknya mengalami kenaikan hingga dua persen. Bank Sentral Rusia berjani untuk menopang bank-bank yang terkena sanksi.
"Jika perlu, (bank sentral) akan mendukung finansial bank-bank demi melindungi deposan dan kreditur mereka," ujar perwakilan Bank Sentral Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sebelumnya bahwa mereka akan mencari pasar alternatif untuk menjual komponen senjata. Rusia memiliki transaksi perdagangan senjata yang besar dengan Prancis, termasuk lisensi untuk memproduksi jet tempur SU-30. Rusia kemungkinan besar akan berpaling ke pasar Asia untuk memasok komponen tersebut.