REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seishukan Indonesia yang mempelajari ilmu bela diri klasik Jepang, Iaido, Jo-Do, Kyu-Do atau yang lebih dikenal dengan istilah Pedang Samurai menggelar latihan bersama yang diikuti oleh Samurai Indonesia yang tersebar di Bandung, Pontianak, Medan dan Jakarta.
Dalam siaran pers Puspen TNI, kegiatan latihan bersama tersebut bertempat di Budo-Seishin Dojo, Depok, Jawa Barat sejak 26 Juli hingga 1 Agustus 2014. Latihan dipimpin Kolonel Laut Ivan Yulivan yang kesehariannya menjabat sebagai komandan Denma Mabes TNI Cilangkap.
Menurut Ivan Yulivan, latihan bersama tersebut dipimpin langsung oleh Master Iaido dari Jepang, yaitu Higuchi Masami yang menyandang Dan VII Iaido alias Pedang Katana serta Jodo (Boken atau sejenis toya/stick) yang merupakan murid dari ilmu pedang Muso Shinden-Ryu dari Maestro Nakayama Hakuda dan Shindo Muso-Ryu-Jodo (Musashi).
“Kedatangan Higuchi Masami berusia 80 tahun, seorang ketua Dewan Guru Fukuoka Kendo Renmei (Markas Besar Federasi Kendo Propinsi Fukuoka) terkait penyeragaman gerak para murid di Indonesia yang tergabung dalam Seishukan Indonesia pimpinan Sensei Tora Gotoku penyandang Dan IV untuk Iaido, Jo-Do, Kyudo, dan Aikido,” Ivan yang juga penyandang Dan V Karate, Aikido, dan Jujitsu tersebut.
Sensei Tora Gotoku merupakan putra Indonesia yang memiliki nama asli Joko Priyanto. Dia telah 30 tahun menimba ilmu bela diri klasik di Jepang dan beberapa kali menjuarai berbagai kejuaraan nasional Iaido dan Jodo di Jepang. Dia memperistri Yoshiko Nagata yang berstatus Dan VII-Shodo sekaligus sebagai master kaligrafi yang sudah langka saat ini di negeri Matahari Terbit tersebut.
Ivan menyatakan, mengingat disiplin dan kerasnya latihan, tak heran bila selama pelatihan hanya diikuti 17 orang saja. Pasalnya, selama ini banyak praktisi yang berhenti di tengah jalan. “Latihan ini dimaksudkan pula untuk mempersiapkan diri bagi para murid yang akan melaksanakan ujian di Jepang pada medio September mendatang dan guna menanamkan mental untuk senantiasa sabar, fokus dan rendah hati,” ujarnya.
Dia melanjutkan, latihan sejenis ini memiliki tujuan utama untuk membentuk sikap jujur pada diri sendiri dan menghindar dari sikap Kuchi Bushi atau bermulut besar. “Selain itu juga bermanfaat agar senantiasa sehat, memperbaiki postur tubuh dan memiliki sikap percaya diri,” katanya.