REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Politik dari Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan pembentukan Tim Transisi oleh Jokowi-JK merupakan langkah politik taktis Jokowi untuk menggambarkan seolah-olah sudah terpilih menjadi Presiden. Dengan Tim Transisi Jokowi membangun konstruksi bahwa dia sudah menang.
Menurut Ray, dengan Tim Transisi tersebut mengindikasikan Jokowi mau membentuk kabinet profesional. "Selain mencitrakan dia sudah menang, dia mau mencitrakan dia tidak dikuasai partai," kata Ray kepada wartawan seusai diskusi bertema Mencegah Kabinet Anti Kemandirian dan Mafia Ekonomi di RM Dapur Selera Jl Prof Dr Soepomo No 45 Jakarta Selatan, Senin (4/8).
Namun, tim transisi juga bisa menjadi politik taktis strategis Jokowi untuk melakukan inventarisasi kasus di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan harapan tidak ada lagi kasus serupa di pemerintahan Jokowi nantinya. Diharapkan Jokowi sudah tahu masalah-masalah di pemerintahan sehingga bisa langsung action.
"Tradisi ini baik dan layak dikembangkan di setiap pilpres, harus dibentuk tim transisi dalam konteks konsolidasi dan inventarisasi. Ini layak dipermanenkan sebagai kultur politik kita," ujarnya.
Soal sejauh mana keefektifan tim transisi, Ray tidak bisa mengukur. Hal itu tergantung sejauh mana capres benar-benar mendengar masukan-masukan timnya. "Kalau bisa ini jangan dijadikan pemanis. Kegunaannya bukan langkah pencitraan politik tapi konsolidai dan inventarisasi. Kalau dipakai Jokowi dia tidak gamang jadi presiden, dia tahu apa yang harus diganti," terangnya.