Jumat 15 Aug 2014 11:38 WIB

Ribuan Nelayan Cilacap Batal Melaut

Nelayan (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Nelayan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Ribuan nelayan di Kabupaten Cilacap tidak melaut karena gelombang tinggi yang terus terjadi di perairan selatan Jawa Tengah hingga Daerah Istimewa Yogyakarta dalam satu bulan terakhir.

Dari pantauan di sejumlah perkampungan nelayan Cilacap, Jumat (15/8), ratusan perahu pencari ikan ditambatkan di tepi pantai oleh pemiliknya. Bahkan di Pantai Teluk Penyu, perahu-perahu yang biasanya ditambatkan tidak jauh dari bibir pantai, kini diletakkan oleh pemiliknya di daratan yang tidak terjangkau gelombang.

Salah seorang nelayan, Sugiyono mengaku tidak berani melaut karena gelombang sangat tinggi. "Daripada berisiko, lebih baik tidak melaut karena gelombangnya sangat tinggi. Apalagi hingga sekarang belum banyak ikan yang bermunculan, padahal sudah memasuki musim angin timuran yang merupakan masa panen bagi nelayan Cilacap," katanya.

Oleh karena itu, dia memilih menambatkan perahunya di daratan karena khawatir rusak akibat dihantam gelombang tinggi jika tetap ditambatkan di dekat bibir pantai. Selama tidak melaut, dia mengaku memperbaiki jaring ikan dan memperbaiki perahu agar siap digunakan saat ikan mulai bermunculan di perairan selatan Jateng-DIY.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Cilacap Untung Jayanto mengakui bahwa hingga saat ini banyak nelayan Cilacap yang tidak melaut karena belum banyak ikan yang bermunculan dan terjadi gelombang tinggi di perairan selatan Jateng-DIY "Biasanya berbagai jenis ikan seperti tongkol dan cakalang sudah mulai keluar pada awal Agustus meskipun belum banyak. Tapi hingga saat ini belum ada yang keluar," katanya.

Menurut dia, musim angin timur yang merupakan waktu panen ikan bagi nelayan Cilacap berlangsung hingga bulan Oktober, sehingga nelayan masih memiliki harapan untuk menikmati masa panen.

Berdasarkan data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap, jumlah nelayan di kabupaten itu sekitar 33.000 orang. Karena terjadi gelombang tinggi, sebagian besar nelayan tradisional terutama yang menggunakan perahu berukuran kecil tidak berani melaut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement