Jumat 15 Aug 2014 16:05 WIB

Puan Maharani Apresiasi Pidato Kenegaraan Presiden SBY

Puan Maharani
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Puan Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi PDI Perjuangan Puan Maharani mengapresiasi pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan menilai SBY telah membangun Indonesia selama 10 tahun terakhir melalui pemerintahannya.

"Tentu (pembangunan, red.) harus diteruskan dan diperkuat hal-hal yang berkaitan dengan keadilan di Indonesia. Jadi kami apresiasi apa yang beliau sampaikan, beliau lakukan selama 10 tahun," katanya di Jakarta, Jumat.

Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah acara Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-69 Republik Indonesia di Gedung MPR/DPR/DPD di Jakarta.

Putri dari Megawati Soekarnoputri itu juga mengingat salam perpisahan yang diucapkan Presiden SBY pada akhir pidato kenegaraannya.

Menurut dia, salam perpisahan itu menunjukkan SBY menerima adanya regenerasi pemerintahan.

"Ya semoga presiden terpilih pada periode yang akan datang bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya," katanya.

Puan juga berpendapat bahwa Indonesia yang berkeadilan bukan hanya berkeadilan dari segi ekonomi, tetapi juga adil secara kerakyatan.

Oleh karena itu, kata dia, negara harus menjaga dan melindungi seluruh warganya.

"Sehingga hal itu bukan hanya menjadi retorika pada pemerintahan yang akan datang," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan salam perpisahan dalam pidato kenegaraan terakhirnya dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-69 Republik Indonesia.

"Hari ini, saya berdiri di mimbar yang mulia ini dengan seribu perasaan yang sulit saya lukiskan. Sudah dapat dipastikan, inilah terakhir kalinya saya berpidato di tempat yang terhormat ini sebagai Presiden Republik Indonesia," katanya.

Ia mengatakan tentang perasaannya sewaktu pertama kali berdiri untuk berpidato di tempat itu pada 2005.

"Walaupun ini adalah pidato yang ke-10, perasaan saya sebenarnya sama dengan sewaktu pertama kali berdiri di sini tahun 2005, penuh semangat dan tekad untuk berbuat yang terbaik dan memberikan segalanya kepada bangsa dan negara," katanya.

Ia mengaku selama 10 tahun terakhir telah mencoba mendedikasikan diri untuk Indonesia.

"Dalam 10 tahun terakhir, saya telah mencoba mendedikasikan seluruh jiwa dan raga untuk Indonesia. Terlepas dari berbagai cobaan, krisis, dan tantangan yang saya alami, tidak pernah ada satu menit pun saya merasa pesimis terhadap masa depan Indonesia. Dan tidak pernah satu menit pun saya merasa tergoda untuk melanggar sumpah jabatan dan amanah rakyat kepada saya sebagai Presiden," katanya.

Ia menyebut tanggung jawabnya adalah kepada Republik Indonesia.

"Tanggung jawab saya pada akhirnya bukanlah kepada partai politik, bukanlah kepada parlemen atau pemerintah atau suatu kelompok, namun kepada Republik, kepada rakyat Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya, kepada sejarah, dan tentunya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar SBY.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement