REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan empat refleksi pribadi dalam pidato kenegaraannya di DPR, Jumat (15/8).
Pertama, SBY menyampaikan refleksinya terhadap sistem yang sedang dibangun di Indonesia. Menurut dia sistem yang dibangun di Indonesia seharusnya bergantung pada lembaga, peraturan, hukum, dan norma, bukan para figur perorangan.
Ia juga menekankan pentingnya memiliki sistem negara yang kuat untuk menjadi negara yang kuat. Kedua, SBY mengajak bangsa Indonesia untuk menjaga ke-Indonesia-an.
"Perjuangan kita di abad ke-21 tidak lagi menjaga kemerdekaan, namun menjaga ke-Indonesia-an. Tidak ada gunanya kita menjadi semakin makmur dan modern, namun kehilangan yang amat fundamental dan terbaik dari bangsa kita: Pancasila, ke-Bhineka-an, semangat persatuan, toleransi, kesantunan, pluralism, dan kemanusiaan," katanya menjelaskan.
Ketika, SBY mengingatkan agar proses demokrasi yang kini berjalan di Indonesia tidak bersifat elitis. Oleh karena itu, reformasi harus dimulai sebagai gerakan akar rumput sebagai ekspresi aspirasi rakyat dan diwujudkan dalam sistem politik yang dianut.
Terakhir, SBY mengklaim dalam usianya ke-69, Indonesia telah tampil menjadi negara demokrasi yang besar dengan ekonomi yang kuat, pemain internasional yang disegani, serta memiliki masa depan menjanjikan.
SBY menekankan bahwa semua capaian yang telah disebutkan bukan merupakan pencapaian pribadi, melainkan prestasi sejarah bangsa Indonesia.