REPUBLIKA.CO.ID, FERGUSON -– Seorang remaja kulit hitam Amerika Serikat (AS), Michael Brown, ditembak polisi pekan lalu. Hasil otopsi awal pada Ahad (17/8) lalu menunjukkan Brown ditembak sebanyak enam kali. Dua tembakan tepat mendarat di kepala.
Peristiwa penembakan ini menjadi pemicu kekerasan ras di Ferguson AS, karena polisi penembak Brown berkulit putih.
Seperti dilansir New York Times, mantan kepala pemeriksa medis kota New York Michael M. Baden mengatakan, salah satu peluru masuk ke bagian atas tengkorak Brown. Posisi peluru tersebut menunjukkan kepala Brown menunduk ketika peluru itu ditembakkan dan menyebabkan cidera yang fatal. Baden yang melakukan otopsi atas permintaan keluarga korban mengatakan, peluru itu mungkin yang ditembakkan terakhir kali.
Empat tembakan lain mengenai lengan kanan Brown. Baden menambahkan, semua peluru ditembakkan ke bagian depan. Tembakan diduga tidak dilakukan dari jarak dekat karena tidak ada residu pada tubuh korban. Walau bagaimanapun, simpulan ini bisa berubah jika ditemukan residu pada pakaian Brown. Sayangnya, Baden tidak dapat memeriksa pakaian korban.
Baden mengatakan, dari keenam tembakan tersebut, hanya tiga peluru ditemukan di tubuh Brown. Namun, ia belum melihat hasil sinar-X yang akan menunjukkan secara tepat dimana peluru ditemukan dan memperjelas hasil otopsi.
Baden menekankan, ia ada di posisi netral. Ia tidak menampik atau membenarkan penembakan itu. “Kami memerlukan informasi lebih lanjut. Misalnya polisi harus memeriksa mobil untuk melihat apakah ada sisa tembakan di mobil polisi,” kata dia.
Baden mengatakan, karena perhatian yang luar biasa terhadap kakus ini, ia membebaskan biaya 10 ribu dolar kepada keluarga korban. Baden dibantu Shawn L. Parcelss, asisten patolog yang berbasis di Kansas. Keduanya melakukan pemeriksaan selama empat jam Ahad kemarin.
“Banyaknya peluru dan caranya tersebar di seluruh tubuh menunjukkan polisi ini berani mengabaikan anggota masyarakat yang seharusnya sangat ia lindungi,” kata pengacara keluarga Brown yang mempekerjakan dan membiayai perjalanan kedua ahli medis tersebut. “Kami ingin memastikan masyarakat memahami kasus ini. Kasus ini adalah tentang seorang polisi yang mengeksekusi seorang pria tak bersenjata di siang hari,” lanjut dia.
Juru bicara Departemen Kepolisian Ferguson, Tim Zoll mengatakan, polisi belum mengetahui hasil otopsi itu. Mereka menolak berkomentar lebih lanjut.
Sementara itu, Pihak kejaksaan mengatakan, Departemen Kehakiman akan melakukan otopsi sendiri. Juru bicara Departemen Kehakiman mengatakan, otopsi awal ini merupakan keadaan luar biasa dan merupakan permintaan pihak keluarga.