REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mencatat populasi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) hanya tersisa sekitar 460 ekor yang tersebar di 16 kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
"Untuk se-Aceh masih sekitar 460 ekor, jumlah ini saya fikir bertambah berdasarkan pengamatan di lapangan kita temukan gajah anakan, terakahir di Kabupaten Bener Meriah dari 28 ekor kelompok gajah ada delapan ekor anakan," kata Kepala BKSDA Aceh Genman S Hasibuan di Meulaboh, Selasa.
Hal itu disampaikan usai rapat koordinasi membahas konflik gajah dengan masyarakat Aceh Barat bersama, Bupati H T Alaidinsyah, muspida serta unsur dunia usaha, kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mencari solusi penanganan konflik gajah dengan masyarakat.
Genman menuturkan, konflik satwa dilindungi undang-undang tersebut bukan hanya di Aceh Barat namun ditemukan di 16 kabupaten/ kota di Aceh, namun di kabupaten ini mendominasi konflik dan hingga kini belum ada solusi kongkrit menyelesaikan persoalan tersebut.
Ia menegaskan, pihak manapun tidak boleh mengomentari persoalan konflik gajah dengan manusia karena konservasi pembangunan.
Konflik tersebut, menurut dia, karena adanya kebutuhan sama antara gajah dengan masyarakat terhadap lahan landai atau dataran.
"Sebetulnya bukan gajah yang mengganggu masyarakat, hal itu karena memiliki kebutuhan yang sama, sehingga selalu dipandang konservasi bertentangan dengan pembangunan, ini tidak boleh lagi," tegasnya.
Lebih lanjut dikatakan, konflik satwa dilindungi tersebut tidak hanya persoalan konservasi akan tetapi berkaitan juga dengan sosial ekonomi masyarakat dan dunia usaha, karenanya semua pihak dilibatkan untuk mencari solusi.
Kata dia, translokasi tidak hanya solusi tunggal untuk menyelesaikan persoalan ini, namun ada strategi fragmentasi habitat dengan membuat koridor jalur gajah yang sudah dibahas bersama Pemerintah Provinsi Aceh.
Solusi lain yang sudah mendapat kesepakatan dengan Pemkab Aceh Barat adalah mendirikan satu unit Conservations Response Units (CRO) di wilayah itu dengan menempatkan petugas dan prasarana di kawasan sering terjadi konflik.
"Yang sudah pasti solusi awal ini dibentuk CRO, unit ini yang bertugas menanggulangi konflik di lapangan, rencananya di Kecamatan Pante Ceureumen ada lima hektare lahan yang sudah diberikan masyarakat dan pemda akan memberikan sarana dan prasarana," katanya.
Dia menambahkan, Kabupaten Aceh Barat merupakan daerah tertinggi terjadi konflik gajah, beberapa tahun terakhir tercatat tiga orang manusia meninggal dan dua ekor gajah mati, tapi ia sanksi bahwa bisa saja ada banyak gajah lain yang mati namun tidak terekspos media.