Selasa 19 Aug 2014 23:28 WIB

Jejak Ya'juj dan Ma'juj di Eropa? (2)

Patung Gog and Magog di Guildhall.
Foto: Elixirofknowledge.com
Patung Gog and Magog di Guildhall.

Oleh: Harun Husein

Tapi, apakah mungkin Ya’juj dan Ma’juj yang diarak keliling London selama berbilang abad, ditempatkan di situs penting dan bersejarah, diklaim sebagai pelindung Kota London, juga dipuja sebagai Champion of London, hanya sebuah seremoni yang berdasarkan mitos dan legenda? Bagaimana bila ternyata, simbol-simbol itu juga berkaitan dengan realitas?

Ahli eskatologi Islam, Imran Hosein, setelah mengkaji surah al-Anbiya ayat 95-96, sampai pada kesimpulan bahwa Ya’juj dan Ma’juj-lah yang telah membawa orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem, setelah Bani Israil terusir dari Tanah Suci selama dua millennium. Dan, negara yang paling banyak berperan dalam hal ini, tidak lain dan tidak bukan adalah Inggris.

Gerakan kembali ke Tanah Suci untuk mendirikan Negara Yahudi, mulai bergema pada 1800-an, menjelang keruntuhan Khilafah Turki Usmani. Gerakan itu bernama Zionisme. Melihat kondisi ekonomi Khilafah Usmani sedang goyah, pada 1901, salah satu pendiri Zionisme, Theodor Herlz, mendatangi Istanbul, dengan niat menemui Sultan Abdul Hamid II. Dia menawarkan membeli Palestina dengan harga 150 juta pound emas, sehingga Usmani bisa membayar utang-utangnya.

Abdul Hamid II, sultan terakhir Usmani, menolak menemui Herlz. Lewat salah seorang menterinya, dia mengirim pesan yang berbunyi: “Katakan kepada Tuan Herlz untuk tidak mengambil langkah lebih lanjut. Saya tidak bisa memberikan sejengkal pun tanah yang bukan milik saya sendiri, tapi milik umat Islam.”

“Untuk mendapatkan tanah itu, umat Islam berjuang mengorbankan jiwa. Darah mereka tertumpah di atas tanah itu. Orang-orang Yahudi silakan menyimpan uangnya. Jika suatu hari Khilafah Islamiyah ini dihancurkan, maka mereka bisa mengambil Palestina tanpa perlu membayar.”

“Tapi, selama saya masih hidup, saya lebih baik menusukkan pedang ke tubuh saya daripada menyaksikan Tanah Palestina dicabut dari Daulah Islamiyah. Ini tidak akan terjadi. Saya tidak akan memulai memotongi tubuh kami, selama kami masih hidup.”

Riwayat lain menyebutkan bahwa Sultan Abdul Hamid II juga berkata, “Meskipun Anda memberikan emas sepenuh bumi, saya tidak akan menerimanya. Saya telah melayani Millat Islamiyah dan ummat Muhammad lebih dari 30 tahun, dan tidak akan membuat lembaran hitam untuk umat Islam, ayah saya, nenek moyang saya, dan para sultan dan khalifah Usmani.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement