REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Penutupan Jambore Kader Komunitas Juang PDIP di Purwokerto, diisi dengan pidato politik dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekrano Putri. Dalam pidato yang berlangsung lebih dari 1 jam tersebut, Megawati menyampaikan berbagai hal terkait dengan kondisi politik di Tanah Air. Termasuk masalah maraknya ujaran kebencian menjelang pelaksanaan Pemilu April 2019.
Megawati menyebutkan, Pemilu yang dilaksanakan sejak Indonesia merdeka tidak pernah diwarnai situasi seperti saat ini. Termasuk pada saat dilaksanakan pemilu pertama tahun 1955. Namun menjelang pelaksanaan pemilu 2019 ini, iklim politik Indonesia yang dinilai diselimuti selubung ujaran kebencian.
"Tidak ada lagi sopan santun dalam berpolitik. Rakyat ditebarkan kebencian dan orang-orang ditakut-takuti untuk jangan memilih Jokowi," katanya dalam acara yang berlangsung di GOR Satria Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas, Ahad (10/2).
Untuk itu, dia meminta agar masyarakat tetap bisa berpikiran jernih dan obyektif, serta tidak mudah terjebak kabar hoaks. Dalam acara yang juga dihadiri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, dan fungsionaris DPD PDIP Jateng, Megawati mengaku merasa heran dengan sikap sebagian politisi saat ini.
"Saya dulu tenang. Saya kalah yo meneng wae. Ini sekarang kok kemrungsung banget," katanya.
Megawati juga menyampaikan sikap optimisnya, bahwa Provinsi Jawa Tengah tetap menjadi kandang banteng. Meski demikian, dia tetap meminta kader partai berlambang kepala banteng moncong putih itu untuk bekerja keras.
Dia mengaku, beberapa waktu lalu mendapat laporan soal adanya posko-posko dari 'kubu sana' yang didirikan di wilayah Jateng. Menyikapi hal ini Mega mengaku tidak perlu resah, karena Jateng Tengah akan tetap menjadi 'kandang banteng'.
"Tinggal dirikan saja posko di Jateng dan Banten yang dianggap sudah mereka kuasai," katanya.
Meski demikian, Megawati mengaku mempertanyakan kenapa 'mereka' bisa masuk Jateng. Untuk itu, dia meminta agar kader-kader PDIP di Jateng ke depannya harus lebih sering turun ke lapangan. ''Jangan hanya duduk-duduk saja,'' katanya.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga sempat mengkritik janji-janji kubu 'sana' selama kampanye pilpres. "Dipikir opo gampang (apa mudah) seperti membalikkan telapak tangan? Yang sekarang saja sudah terbukti masih sulit, di sana kok baru akan, akan dan akan. Kan berarti belum tho, lha yo ngapain," sindir Megawati.