Jumat 08 Mar 2019 19:10 WIB

Ajak Masyarakat Setop Fitnah, Ulama Aceh: Jokowi Islam

Ulama Aceh mengajak semua pihak menghentikan fitnah tentang keislaman Jokowi.

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika menyerahkan sertifikat tanah wakaf di Masjid Istiqlal, Bandarjaya, Lampung Tengah, Lampung, Jumat (8/3/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika menyerahkan sertifikat tanah wakaf di Masjid Istiqlal, Bandarjaya, Lampung Tengah, Lampung, Jumat (8/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE -- Para ulama di Kabupaten Pidie, Aceh mengajak masyarakat di Serambi Mekkah untuk tidak mudah percaya hoaks yang menyudutkan calon presiden. Mereka mengajak semua pihak untuk menghentikan fitnah tentang status keislaman capres-cawapres karena semua calon adalah Muslim.

Pemimpin Dayah atau Pondok Pesantren Ikramul Fata, Tengku Muzakir Al Wahab, mengatakan, dari segi dhohir atau keislaman lahiriyah, Jokowi tak perlu diragukan. Sejak lahir telah memeluk agama tersebut. Sehingga, hoaks haram memilih Jokowi tidak berdasar.

Baca Juga

"Kita melihat secara dhohir, kan kita lihat Pak Jokowi Islam, secara dhohir harus hukum yang dhohir, secara hukum itu yang itu," kata dia di Pidie, Aceh, Jumat (8/3).

Tengku Muzakir membenarkan banyaknya fitnah terhadap pasangan Jokowi-Maruf. Salah satunya adalah informasi hoaks tentang Jokowi yang disebut anti-Islam. Namun, keriuhan itu diyakini lebih banyak terjadi di media sosial. Masyarakat Aceh diyakini tidak termakan kebohongan itu.

"Jadi tidak haram (memilih Jokowi-Ma'ruf), karena kan dia (Jokowi-Maruf) orang Islam," ujar Tengku Muzakir.

Pertemuan ini dihadiri 25 dayah di Pidie. Utusan khusus KH Maruf Amin yang hadir dalam pertemuan tersebut, Lukmanul Hakim, mengatakan, fitnah-fitnah terhadap pasangan nomor urut 01 harus diluruskan. Fitnah, menurut dia, adalah cara tidak beradab yang perlu dilawan.

Wakil Ketua MUI itu mengatakan, Jokowi dan Kiai Maruf berpesan kepada masyarakat Aceh untuk mengisi pilrpes dengan damai tanpa fitnah dan hoaks. "Masyrakat Aceh juga menyadari bahwa fitnah dapat merusak dan memporak-porandakan sejarah, Aceh juga sempat porak poranda gara-gara fitnah," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement