REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pakar pariwisata mengatakan, bandara internasional dan biaya kedatangan bagi turis yang lebih rendah adalah tiket untuk membawa lebih banyak pengunjung ke wilayah Australia utara.
Wilayah Utara negara ini adalah rumah dari tujuh situs Warisan Dunia, termasuk ‘Great Barrier Reef’, Taman Nasional Kakadu, dan hutan tropis.
Aktivis pariwisata telah memperingatkan wilayah tersebut sebagai tujuan wisata yang berbiaya tinggi namun di sisi lain memiliki sedikit akses. Saat ini, hanya Darwin dan Cairns-lah satu-satunya bandara di Australia bagian utara yang menerima penerbangan internasional.
Patricia O’Callaghan dari ‘Townsville Enterprise’ mengatakan, Pemerintah Federal perlu untuk memperbaiki akses di wilayah utara negara ini. Ia mengutarakan, pertumbuhan pariwisata di wilayah tersebut akan terus berjuang hingga pungutan bandara dihapuskan. “Menghapuskan beberapa pungutan yang menghalangi diskusi seputar akses udara internasional, akan memberi kami dasar untuk menarik turis internasional ke Australia utara,” jelasnya, baru-baru ini.
Juru bicara Menteri Perdagangan dan Investasi, Andrew Robb, mengatakan, Pemerintah memiliki sebuah agenda perdagangan dan investasi yang ambisius, yang meliputi upaya menarik investor untuk masuk ke sektor pariwisata Australia utara. “Pembangunan Australia utara, termasuk pembangunan industri penerbangan, termasuk dalam strategi besar pemerintah. Indsutri berkeuntungan besar di utara telah memiliki peran besar dalam pembangunan wilayah itu dan bisa menjadi pelopor dalam kerjasama dengan pemerintah untuk mempromosikan investasi yang lebih besar.” ujar juru bicara itu.
Profesor Pariwisata dari James Cook University, Philip Pearce, menyepakati bahwa akses yang lebih banyak dibutuhkan agar tujuan Pemerintah tersebut bisa tercapai. “Tentu saja dalam 20 tahun mendatang saya pikir kita bisa mengambarkan adanya banyak bandara internasional di utara, 3 atau 4 di antaranya berada di sisi pantai negara bagian Queensland,” tuturnya.