REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 87 persen penduduk Indonesia adalah muslim. Sementara itu, tingkat pertumbuhan pasar menengah muslim mencapai 9 juta jiwa per tahun.
Menurut Managing Partner lembaga riset Inventure sekaligus penulis buku 'Marketing to the Middle Class Moslem', Yuswohady, bisnis syariah akan semakin bergeliat. Dengan jumlah muslim yang besar dan menjamurnya komunitas muslim, saat ini adalah momentum kebangkitan market muslim.
"Orang yang semakin pintar cenderung semakin bijak dan relijius sehingga tingkat konsumen yang sadar akan produk halal makin meningkat" kata Yuswohady di Jakarta pada Senin (25/8).
Oleh karena itu, lanjutnya, pasar menengah muslim adalah pasar yang menarik untuk digarap. Pasar ini memunculkan nilai baru dalam dunia bisnis yaitu spiritual benefit. "Spiritual benefit nilainya sangat tinggi dan tak kalah dengan functional benefit dan emotional benefit," imbuhnya.
Yuswohady melihat, pada masa lima tahun ke belakang masyarakat masih belum bisa menerima spiritual benefit. Namun kini dengan mewabahnya sosial media dan komunitas muslim, spiritual benefit menjadi nilai baru yang menguntungkan.
Geliat ini, kata Yuswohady, tak hanya sebatas aqidah namun telah menjadi gaya hidup. Kesadaran akan gaya hidup halal menurut Yuswohady digerakkan oleh kekuatan horisontal yakni kekuatan komunitas. Masyarakat cenderung lebih mudah digerakkan oleh kekuatan horisontal ketimbang kekuatan vertikal yang berasal dari pemerintah.
"Maka tak heran jika hijab fashion, umrah, makanan halal, bank syariah, hingga hotel syariah menjadi booming sekarang ini," katanya.