REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengungkapkan, sejak pekan lalu satuan anti-teror sudah mulai beroperasi di bandara internasional di Melbourne dan Sydney. Pempatan satuan itu dilakukan guna memonitor orang yang mencurigakan dan dianggap mengganggu keamanan nasional.
Dalam sesi tanya-jawab di DPR Australia (House of Representatives atau disebut juga Majelis Rendah), Rabu (27/8), PM Abbott menyatakan, satuan baru tersebut mulai bertugas dan diintegrasikan ke dalam struktur Dinas Beacukai dan Perlindungan Perbatasan. "Unit serupa akan segera dibentuk di seluruh bandara internasional yang ada di negara ini," katanya.
PM Abbott menjelaskan, sekitar 80 petugas akan ditugaskan untuk kepentingan ini. Tugas utama mereka adalah memonitor pergerakan orang yang masuk ke dalam daftar ancaman keamanan nasional. "Saya mendapat informasi bahwa unit ini telah memeriksa paling tidak seorang yang mencurigakan," jelasnya.
Namun PM Abbott tidak menjelaskan secara rinci di bandara mana dan kapan orang mencurigakan tersebut diperiksa.
Keterlibatan 60 warga Australia sebagai pasukan kelompok teroris ISIS dan 100 warga lainnya yang mendukung secara finansial, membuat pemerintah Australia meningkatkan kewaspadaan.