REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani mengungkapkan dukacitanya atas kepergian ketua umum Partai Gerindra, Suhardi, Kamis (28/8) malam. Puan mengenang Suhardi sebagai sosok yang sangat membumi, rendah hati, dan sangat detail terhadap semua hal.
"Beliau seorang tokoh membumi, saya kenal baik beliau. Sangat low profile, kalau berbicara sangat detail," kata Puan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (29/8).
Ketua Fraksi PDIP DPR ini juga menilai Suhardi sebagai pengayom dalam tubuh Partai Gerindra. Wafatnya profesor dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tersebut, diharapkan Puan tidak menggoyahkan Partai Gerindra.
"Tentu saja bahwa Gerindra setelah tidak ada Pak Suhardi yang selama ini saya yakini cukup mengayomi akan memiliki ketum baru yang punya kapabilitas dan potensi lebih baik dari Pak Suhardi," ujarnya.
Prof Suhardi wafat Pukul 21.35 WIB, Kamis (28/8) di RSPP, Jakarta. Beliau lahir di Klaten, 13 Agustus 1952. Dia merupakan seorang intelektual dan praktisi kehutanan Indonesia. Guru besar Fakultas Kehutanan UGM ini dikenal dengan julukan Profesor Telo (ketela) dan Pejuang Kedaulatan Pangan, karena tak bosan mengampanyekan bahan pangan lokal.
Selesai S-3 (1987), Prof Suhardi mendeklarasikan ‘Sumpah Gandum’. Sebuah ikrar tidak memakan gandum dan produk turunannya, hingga masyarakat Indonesia sejahtera, tak bergantung pada gandum. Bahkan saat menjabat Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Dephut (2001), Suhardi mengarahkan jajaran di bawahnya agar membudayakan makan makanan lokal, seperti ketela dan umbi-umbian.