Kamis 11 Sep 2014 18:15 WIB

Pentingnya Kaderisasi Ulama

Rep: Riga Iman/ Red: Agung Sasongko
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Oleh: KH Apep Saefulloh, Ketua IV MUI Kota Sukabumi/ Pesantren Darul Ulum Sukabumi

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Keberadaan ulama di tengah masyarakat sangat diperlukan dalam semua lini kehidupan. Misalnya menjadi imam shalat berjamaah, pengurusan orang yang meninggal dunia, pembagian hak waris hingga mengurus negara dalam skala besar.

Intinya, ulama dibutuhkan masyarakat sebagai sesuatu yang pokok bukan sebagai pelengkap. Namun, semakin hari jumlah ulama yang dibutuhkan masyarakat semakin berkurang. Sehingga diperlukan estafet dakwah atau kaderisasi ulama yang dibarengi dengan pembinaan yang baik.

Saat ini masyarakat kurang mampu menilai mana ahli penceramah dan ulama. Di mana, ahli penceramah belum tentu seorang ulama. Namun, seorang ulama dipastikan seorang ahli penceramah. Artinya, banyak orang yang ahli pidato namun tidak mempunyai dasar yang baik tentang keagamaan.

Dikhawatirkan, figur tersebut dijadikan sumber referensi berbagai masalah terutama agama. Dampaknya, fatwa dari tokoh yang kurang dasar ilmu keagamaannya akan menghasilkan fatwa yang sesat dan menyesatkan orang lain.Fenomena ini harus dijawab oleh umat Islam dengan mencetak kaderisasi ulama yang terbaik di semua tingkatan wilayah.

Para ulama yang dicetak adalah yang mempunyai dasar keagamaan yang baik. Terutama, mempunyai kemampuan membaca Alquran dengan benar dan memahami kitab kuning. Untuk dapat menguasai keduanya memerlukan waktu yang panjang dan tidak diperoleh secara instan misalnya dengan belajar di pesantren.

Selain itu diperlukan wawasan kebangsaan dalam arti untuk menangkal aliran sesat.Bila kriteria tersebut dipenuhi, maka diharapkan akan lahir ulama yang berkualitas dengan secara terus menerus mendapatkan pembinaan. Terlebih, peran ulama tidak hanya sebatas pada urusan ibadah semata melainkan pada tingkatan mengurus negara.

Oleh karenanya para ulama harus menguasai dan mengenal zamannya. Sehingga ketika ada perkembangan dapat memberikan solusi sesuai dengan tuntunan dalam agama. Ke depan, ilmu para ulama harus mendapatkan perhatian dari pemerintah. Ulama jangan hanya dijadikan komoditas untuk dukung mendukung suatu kepentingan saja.

Ulama termasuk ke dalam empat faktor suatu bangsa akan maju dan sejahtera yakni ilmu para ulama, murah hatinya kalangan orang mampu, adilnya umaro atau pemerintah, dan doa warga miskin. Jika empat hal tersebut terpenuhi maka maka setiap permasalahan bangsa akan secara mudah diselesaikan.

Terakhir, sosok ulama yang ideal adalah yang mempunyai keilmuan yang mumpuni atau tinggi dan hatinya takut kepada Allah SWT. Sehingga ulama menjadi sosok panutan dan teladan bagi umat Islam.Dalam perjalananya ulama juga jangan tergoda dengan motivasi di luar dari yang ditentukan Allah SWT. Misalnya mencari imbalan dalam bentuk materi. Padahal, tujuan dakwah itu murni untuk syiar agama Islam sesuai dengan Alquran dan sunah.n riga nurul iman

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement