REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan langkah yang dilakukan Amerika Serikat dalam merespon keberadaan ISIS. Rencana perlawanan militer terhadap ISIS yang akan dilakukan Amerika dinilai berlebihan.
Wakil Sekjen PBNU Adnan Anwar mengatakan, kekuatan ISIS sebenarnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, langkah perlawanan militer oleh Amerika dianggap tidak tepat dan justru akan menimbulkan masalah baru. “Itu seperti gajah melawan tikus,” katanya kepada Republika, Ahad (14/9).
Menurutnya, fenomena ISIS sengaja dibesar-besarkan oleh sebagian pihak. Sebab, baik dari jumlah ataupun kekuatan militer, kekuatan ISIS relatif tidak besar. Bukan tidak mungkin, kata dia, jika isu ISIS sengaja dibesarkan oleh pihak Amerika sebagai bagian dari strategi untuk mengintervensi negara Irak dan Suriah.
Adnan mengatakan, pernyataan perang secara militer terhadap ISIS dari Presiden Obama harus dipandang dari berbagai sisi. Ia khawatir hal itu hanya akan dijadikan pintu masuk kepentingan Amerika untuk menguasai sumber energi dan minyak di wilayah negara tersebut. “Targetnya kolonialisasi,” ujarnya.
Dia menambahkan, segala bentuk kekerasan memang tidak diajarkan dalam agama apapun dan dimanapun. Termasuk kekerasan yang dilakukan oleh ISIS. Selama ini mereka selalu mengklaim untuk memperjuangkan agama Islam. Hal itu sama sekali tidak mencerminkan orang beragama, apalagi dengan cara membunuh orang.
Tetapi, kata Adnan, rencana Amerika untuk melakukan aksi militer justru akan menimbulkan masalah baru. Aksi itu bisa memicu kerusakan lain yang tidak diinginkan akbibat perang. “Perang memang bukan jalan terbaik,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Obama dalam pidatonya beberapa waktu lalu menyatakan akan melakukan perlawanan militer untuk menumpas kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). ISIS dianggap sebagai militan brutal yang dengan keji memperbudak, memperkosa, bahkan membunuh sesama manusia.