Ahad 14 Sep 2014 19:17 WIB

Eropa Galau Dengan Efek Domino Kemerdekaan Skotlandia?

Muslim Skotlandia.
Foto: tundratabloids.com
Muslim Skotlandia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Prospek kemerdekaan Skotlandia meningkatkan ketakutan di Eropa karena dapat memicu gerakan-gerakan pemisahan diri lainnya manakala persatuan benua itu dan bahkan perbatasan-perbatasannya berada di bawah ancaman, kata para analis.

Sementara kelompok nasionalis dari Catalonia hingga Flanders akan memperhatikan referendum Skotlandia dengan penuh harapan, Brussel mencemaskan kemungkinan anggota utama Uni Eropa seperti Inggris terpecah.

Ketakutan akan efek domino menyebar hingga sejauh negara-negara anggota EU di bagian timur, tempat negara-negara Baltik mencemaskan bahwa Moskow akan mendukung warga negara etnis Rusia mereka yang kemudian dapat mendaku lebih otonomi.

Tapi sementara EU mungkin pada awalnya membuat kehidupan sulit bagi satu negara Skotlandia baru, sangat dimungkinkan mengizinkannya ikut bergabung dengan blok itu pada akhirnya, kata para pakar.

"Situasinya sangat sulit bagi EU jika Skotlandia menjadi merdeka, sungguh," kata Pablo

Calderon Martinez dari King's College London kepada kantor berita AFP.

EU telah memiliki banyak pengalaman antara lain mengatasi krisis ekonomi dan angka pengangguran tinggi, dan telah menyatakan dalam beberapa hari lalu bahwa pemungutan suara Skotlandia merupakan "urusan internal."

Tetapi Kepala Komisi Eropa Jose Manuel Barroso membuat sikap jelas pada 2012: setiap negara yang baru merdeka dari anggota EU tidak akan lagi menjadi bagian blok itu, dan harus mendaftar lagi menjadi anggota.

Barosso membuat sakit kaum nasionalis pada Februari ketika dia mengatakan akan sangat sulit bagi Skotlandia memperoleh keanggotaan otomatis, dibandingkan dengan Kosovo yang melepaskan diri dari Serbia.

Presiden Dewan Eropa Herman Van Rompuy, sementara itu, menyebut Catalonia pada Desember dengan menyatakan dia "yakin" Spanyol akan tetap "bersatu dan terpercaya."

Van Rompuy adalah mantan perdana menteri Belgia. Negara itu terbagi dua antara bagian utara yang berbahasa Flemish dan selatan berbahasa Prancis.

Gerakan-gerakan kemerdekaan merupakan ancaman bagi negara-negara bangsa yang "mendanai kegiatan EU," kata Ontserrat Guibernau, guru besar politik di Queen Mary University, London.

Spanyol sangat menentang rencana-rencana Catalan untuk mengadakan pemungutan suara mengenai kemerdekaan, suatu kampanye yang mendapat dukungan hampir dua juta orang dengan aksi turun ke jalan-jalan Barcelona Kamis. Kawasan Basque antara Spanyol dan Prancis juga masih sangat sensitif.

Paris dan Madrid menentang pecahnya Yugoslavia tahun 1990-an dan akan "menggunakan pengaruh apapun yang mereka miliki di EU untuk membuat hidup sulit bagi Skotlandia mengajar satu pelajaran bagi Catalonia," kata Calderon-Martinez.

Negara-negara EU juga takut pengaruh internasional blok itu berisiko jika tak dapat tetap bersatu menghadapi tantangan-tantangan geopolitik yang sedang tumbuh.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement