Jumat 19 Sep 2014 16:17 WIB

Satgas Cakra Buana PDIP Tolak Pemilihan Melalui DPRD

Rep: Muhammad Subarkah/ Red: Maman Sudiaman
Sejumlah anggota Satuan Tugas (Satgas) Cakra Buana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Foto: Antara
Sejumlah anggota Satuan Tugas (Satgas) Cakra Buana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas Cakra Buana Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan memberikan sikap terhadap perkembangan Polemik RUU Pilkada. Dalam acara jumpa pers di Markas Pusat Cakra Buana, Kepala Satgas yang juga Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Komarudin Watubun, mengatakan bahwa Polemik RUU Pilkada harus diakhir dengan mengembalikan pemilihan kepala daerah secara langsung.

“PDI Perjuangan berprinsip bahwa proses politik harus ada dalam koridor konstitusi. Jangan terjadi pemaksaan opini kaum elit untuk kemudian merobah konstitusi. Itu sangat berbahaya,” ujar Komarudin.

Terkait dengan RUU Pilkada yang ingin mengembalikan Pemilihan melalui DPRD, mengutip pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputeri, kata Komarudin, PDI Perjuangan adalah pihak yang paling konsisten. Sebelum amandemen UUD 1945, PDI Perjuangan menolak pemilihan secara langsung.

“Ketika Amandemen dilakukan, disebutkan bahwa Pemilihan harus dilakukan secara langsung. Kami pun ikuti. Saat ini mau diganti lagi. Tentu kami tidak setuju karena itu bertentangan dengan UUD 1945. Kalau mau diganti, maka lakukan kembali amandemen UUD 1945 termasuk didalamnya pemilihan presiden kembali melalui MPR,” ujarnya.

Ditambahkan Komarudin, saat ini sejumlah pihak mencari legitimasi dan penguatan serta argumentasi terhadap upaya politik pemilihan melalui DPRD dengan berdalih Pancasila.

“Ini sangat tidak produktif dan pembodohan kepada masyarakat dengan memberikan interpretasi sembarangan terhadap Pancasila. Jangan karena kecewa secara politis, Pancasila dijual, rakyat dikorbankan. Jadi, kalau argumentasinya Pilkada secara langsung dianggap boros, menimbulkan ekses negatif berupa konflik, politik dinasti dan lain sebagainya, mari kita benahi sistemnya, bukan mengubah konstitusi dengan serampangan,” kata politisi PDIP asal Papua ini.

Terkait dengan waktu pengesahan yang sudah sangat dekat, Komarudin mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan konsolidasi dengan sejumlah elemen bangsa, di internal PDI Perjuangan dan  masyarakat bawah untuk mengawal dan mencegah proses politik yang berujung pada tragedi demokrasi di Indonesia dengan dilakukannya pemilihan melalui DPRD.

Melihat perkembangan terkini, tambah Komarudin, dirinya memberikan Apresiasi kepada Presiden SBY yang memberikan signal untuk kembali pada Pemilihan Secara langsung. “Kalau ini benar-benar diwujudkan, berarti SBY menjadi seorang negarawan, yang membangun sebuah generasi. Bukan hanya berpikir jangka pendek untuk kekuasaan. Dia akan berhasil soft landing di akhir pemerintahannya,” tambahnya.

Komarudin menambahkan bahwa dirinya akan melihat perkembangan terkini dalam beberapa hari ke depan. Jika signal bahwa dukungan terhadap pemilihan kepala daerah melalui DPRD tetap dilakukan, maka dirinya tidak segan untuk bersama elemen masyarakat, khususnya wong cilik, serta kepala daerah seluruh Indonesia  untuk tidak menjalankan Undang-undang tersebut karena itu adalah tindakan pembangkangan terhadap konstitusi dan mengkhianati agenda reformasi.

“Kami mendapat dukungan rakyat. Kami sudah berkoordinasi dengan assosiasi kepala daerah, Kami harus perjuangkan aspirasi rakyat. Jangan terbawa arus kepentingan elite,” tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement