Kamis 25 Sep 2014 08:20 WIB

Hanya Islam Nusantara yang Mampu Berdampingan dengan Agama Lain

Naskah klasik Islam Nusantara (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Naskah klasik Islam Nusantara (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Islam Nusantara dinilai sebagai kiblat kehidupan Muslim di dunia pascaruntuhnya Andalusia. Warisan terbesar peradaban Islam yang dikembangkan di Nusantara bercorak toleransi dan moderasi keberagamaan yang kokoh.

“Islam Nusantara sangat kaya perspektif, mulai dari ekspresi seni tari hingga kajian sufistik. Dalam domain sosial dan humaniora, Islam Nusantara adalah role model Islam yang damai dan mampu hidup berdampingan dengan agama dan kepercayaan apapun,” papar Komarudin Hidayat, Kamis (25/9).

Senada dengan Komarudin, peneliti teks klasik dari Universitas Indonesia Tommy Christomy menyebut bahwa jasa peradaban Islam di Nusantara adalah bersatunya kerajaan-kerajaan kecil dari Aceh hingga Papua. Teks-teks berbahasa melayu yang ditulis dalam aksara Arab Jawi mampu menjadi pintu masuk peradaban tulis.

“Teks sastra melayu Islam berperan besar tak hanya dalam hal Islamisasi tetapi juga sastra nusantara secara umum,” terang Tommy.

Keterputusan tradisi tulis yang kaya tersebut disinyalir karena penjajah Belanda memaksakan aksara latin.

“Sejak dipaksa meninggalkan tulisan aksara Jawi untuk digantikan dengan aksara Romawi, bangsa Indonesia mengalami keterputusan selama beberapa dekade. Hingga muncul sejumlah karya produk dari pendidikan Belanda pada abad ke-20,” jelasnya.

Sementara itu, arkeolog Prancis, Prof. Arlo Griffiths menegaskan bahwa banyak produk budaya Islam yang sudah menyatu ke dalam budaya lokal tanpa disadari. “Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Indonesia tak mengenal pembuatan nisan pada makam” ujarnya.

Namun, ada masalah mendasar dalam mengembangkan peradaban Islam Nusantara ini, yaitu kurangnya kepercayaan diri dari masyarakat di nusantara sendiri.

“Masyarakat kita merasa minder jika berhadapan dengan masyarakat Islam dari timur Tengah atau Asia Selatan. Mereka merasa kuatir jika Islamnya tak murni,” sebut arkelolog UIN Jakarta Dr Jamhari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement