REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Pertamina (Persero) menjamin stok bahan bakar elpiji dalam volume cukup yakni 300.000 ton pascakenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg per 10 September 2014.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Kamis mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi migrasi konsumen 12 ke 3 kg akibat kenaikan harga tersebut. "Stok kami dalam posisi cukup," katanya.
Dengan volume stok 300.000 ton, maka cukup memenuhi kebutuhan elpiji hingga 18 hari ke depan. Hanung memperkirakan, migrasi hanya sementara dengan potensi maksimal 18 ribu ton atau sekitar dua persen konsumsi nasional.
Migrasi, lanjutnya, tidak akan melebihi kuota elpiji 3 kg bersubsidi yang dalam APBN Perubahan 2014 ditetapkan 5,013 juta ton.
Pertamina memperkirakan konsumsi elpiji pada 2014 mencapai 6,11 juta ton yang terdiri atas elpiji 3 kg bersubsidi 5,013 juta ton, 12 kg sekitar 900.000 ton, dan sisanya jenis nonsubsidi lainnya.
BUMN migas tersebut mengantisipasi potensi migrasi dengan menerapkan sistem monitoring elpiji 3 kg (simol3k).
Dengan sistem itu, Pertamina bisa mengawasi distribusi tabung elpiji 3 kg di 3.400 agen dan 143.000 pangkalan di seluruh Indonesia.
Per 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat, Pertamina menaikkan harga elpiji tabung 12 kg sebesar Rp1.500 per kg untuk menekan kerugian bisnis tersebut.
Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata elpiji 12 kg dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069 per kg.
Kenaikan tersebut masih jauh dari harga keekonomian yang mencapai di atas Rp10.000 per kg. Untuk itu, Pertamina berencana menaikkan lagi harga elpiji 12 kg sebesar Rp1.500 per kg pada 1 Januari 2015.
Selanjutnya, harga elpiji dinaikkan Rp1.500 per kg setiap enam bulan hingga keekonomian.
Per 1 Juli 2015 naik Rp1.500 per kg, 1 Januari 2016 naik Rp1.500 per kg, dan 1 Juli 2016 naik Rp1.500 per kg.
Setelah 1 Juli 2016, harga elpiji diperkirakan sudah mendekati keekonomian.