REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan "hotspot" atau titik api di wilayah Kalimantan masih tinggi hingga Oktober 2014, sehingga perlu upaya penanggulangan yang optimal.
"Sesuai pola hotspot pada 2006 hingga 2014, untuk wilayah Kalimantan diperkirakan hotspot masih tinggi hingga Oktober," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Jumat (26/9).
Ia mengatakan pola hotspot di Sumatra dominan terjadi pada pertengahan Juni hingga Oktober atau berlangsung selama lima bulan. Sedangkan pola hotspot di Kalimantan berlangsung pada Agustus hingga Oktober atau berlangsung selama tiga bulan. "Artinya hingga Oktober, hotspot masih tetap tinggi," katanya.
Berdasarkan pantauan satelit Modis pada Kamis (25/9), kata dia, jumlah hotspot terus meningkat. Terutama di wilayah Kalimantan Tengah dengan 1.041 hotspot. Sementara di wilayah Kalimantan Selatan terdapat 261 hotspot, Kalimantan Timur 189 hotspot, dan Kalimantan Barat 40 hotspot.
Untuk wilayah Sumatra yang terpantau di Sumatra Selatan terpantau 223 hotspot, Lampung 26 hotspot, Jambi 5 hotspot, dan Riau 2 hotspot. "Upaya pemadaman masih terus dilakukan di wilayah Sumatra dan Kalimantan," ucapnya.
Tim penanggulangan kebakaran hutan dan lahan kata dia dibantu 2.200 personel dari TNI dan 1.050 personel Polri. Satgas udara BNPB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih melakukan "water bombing" dari udara dan modifikasi cuaca.
Helikopter untuk membantu pemadaman titik api dari udara juga masih beroperasi di wilayah Provinsi Riau, Sumatra Selatan dan di Kalimantan Barat. Khusus di Kalimantan Tengah dengan hotspot yang paling tinggi diturunkan satu unit helikopter bolco, dua unit MI-8 dan air tractor dari Kemenhut satu unit.