REPUBLIKA.CO.ID, MUENCHEN – Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) menegaskan tidak akan memperkenankan wasit menggunakan vanishing spray di Bundesliga Jerman. Setelah badan Liga Jerman itu melakukan pengujian terhadap vanishing spray buatan Argentina itu. Hasilnya semprotan mirip parfum itu mengandung senyawa yang berbahaya.
Vanishing spray merupakan alat bantu yang digunakan oleh wasit saat menandai batas pagar betis. Selain itu juga berfungsi untuk memberikan tanda di mana bola harus ditendang, saat terjadi pelanggaran.
Biasanya, sang pengadil menghitung jarak 9,15 meter antara bola dan bek terdekat. Kemudian menyemprotkan garis putih untuk menandai posisi yang tepat terjadinya pelanggaran. Tidak beberapa lama, sekitar satu menit bisa tersebut akan menghilang dengan sendirinya.
Sebelumnya, DFB vanishing spray dijadwalkan akan mulai digunakan di Bundesliga Jerman pada 18 Oktober mendatang. Namun, vanishing spray dinyatakan tidak aman oleh Technischer Uberwachungs-Verein (TUV), sebuah badan yang memberi izin beredarnya sebuah produk di Jerman. DFB pun membatalkan teknologi anyar itu.
TUV menjelaskan vanishing spray mengandung hormon aktif, mudah terbakar, mengandung gas yang menyebabkan efek rumah kaca dalam jumlah tinggi. Apalagi dikabarkan vanishing spray mudah terbakar. Hal itu sangat berbahaya, jika ada flare yang dilempar penonton masuk lapangan.
“Vanishing spray yang saat ini digunakan di liga-liga Eropa menyalahi aturan, karena mengandung zat berbahaya. Saat ini kami sedang mencari produk pengganti yang lebih aman dari semprotan putih yang mirip busa itu,” jelas juru bicara TueV Ralf Diekmann dilansir the Guardian, Selasa (30/9).
Sementara sayap perwasitan FIFA, Massimo Busacca, menyatakan vanishing spray sangat membantu para wasit. Sebagian besar ofisial menganggap semprotan itu sebagai sebuah alat yang cukup berguna di lapangan. “Semprotan itu membuat kejelasan jarak selalu dihargai, jadi tidak ada kartu kuning karena tidak menghargai jarak yang telah ditentukan,” ujar Busacca.
Sebenarnya, Vanishing Spary sudah diciptakan pada tahun 2002 oleh pengusaha asal Argentina Pablo Silva. Sejak itu, alat bantu semprot ini telah digunakan di banyak kompetisi sepak bola Internasional.
Pada Piala Dunia kali ini secara resmi telah digunakan untuk membantu kinerja para pengadil lapangan. Dianggap sukses, kemudian diadaptasi Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, Serie A Liga Italia dan Liga Champions di musim ini.