Selasa 07 Oct 2014 09:57 WIB

Cegah Ebola, AS Perketat Pemeriksaan Bandara

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Winda Destiana Putri
Seorang perawat memeriksa pasien yang diduga terinfeksi virus Ebola.
Foto: WHO/Chris Black/ca
Seorang perawat memeriksa pasien yang diduga terinfeksi virus Ebola.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Presiden AS Barack Obama menyatakan pemerintah akan memperketat pemeriksaan bandara udara bagi penumpang untuk mencegah mewabahnya Ebola. 

Presiden mengatakan sangat penting untuk melakukan standar protokol yang ketat. "Tetapi kita juga akan menerapkan protokol untuk melakukan pemeriksaan tambahan pada penumpang, baik di negara asalnya dan di Amerika Serikat," katanya, seperti dilansir dari Reuters Selasa (7/10). 

Meskipun begitu, Gedung Putih mengatakan larangan perjalanan dari negara-negara Afrika Barat akan memperlambat upaya menghentikan virus Ebola. Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan para pejabat tidak ingin menghambat sistem transportasi yang digunakan untuk mengirimkan pasokan dan personel ke negara-negara Afrika Barat. Sehingga, larangan perjalanan tidak akan diterapkan. 

Perusahaan penerbangan Amerika, secara terpisah, mengatakan akan bertemu dengan pejabat kesehatan dan keamanan guna membahas apakah prosedur pemeriksaan tambahan dapat membantu mencegah virus ini. 

Dalam perkembangan terpisah, pasien pertama yang didiagnosa terjangkit penyakit ini di AS, Thomas Eric Duncan, masih dalam kondisi kritis di sebuah rumah sakit di Dallas. Para pejabat di AS dan masyarakat pun khawatir menyusul diagnosa Duncan yang terkena Ebola. 

Sebelumnya, sejumlah ahli kesehatan dan anggota parlemen telah meminta pemerintah untuk mempertimbangkan peningkatan pemeriksaan di bandara AS, termasuk mengecek para penumpang menggunakan alat pemindai demam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement