REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI TIMUR -- Pembangunan monorail Jakarta-Bekasi belum tentu efektif mengatasi kemacetan di jalur Kalimalang. Pengamat kebijakan publik Universitas Islam Empat Lima (UNISMA) Bekasi, Yayan Rudianto, menyatakan persoalan kemacetan di Kalimalang hanya akibat saja.
Penyebabnya, lanjut Yayan, adalah lemahnya komitmen masing-masing Pemerintah Daerah (Pemda) dalam mengatasi persoalan kemacetan itu. "Pembangunan monorail Jakarta-Bekasi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) belum tentu efektif atasi kemacetan di sepanjang jalur Kalimalang," tutur Yayan saay dihubungi Republika, Jumat (10/10) pagi.
Sebelum membangun monorail, paparnya, Pemkot Bekasi dan Pemprov DKI Jakarta harus konsekuen dalam merumuskan sebab-sebab kemacetan itu. Misalnya, dengan membuat Nota Kesepahaman (MoU) antar kedua pemda.
Pemkot Bekasi dan Pemprov DKI pun harus berani mengambil keputusan tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di daerah masing-masing. RTRW itu, jelasnya, harus bersifat detail, komprehensif dan terintegrasi dalam eskalasi pembangunan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur (Jabodetabekjur).
"Teknologi hanya alat, efektif atau tidak tergantung kepada manusianya dalam merencanakan hingga mengevaluasi kebijakan pembangunan monorail, termasuk tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu)," ungkapnya.