REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Sutarman mengaku tidak mudah memberantas kejahatan narkoba. Alih-alih memberantas, malah ada beberapa oknum polisi yang akrab dengan bandar narkoba saat ditangkap.
Kondisi ini menjadi bertolakbelakang dengan pengungkapan kasus terorisme. Dimana setiap upaya penindakan, polisi justru yang dibenci bahkan para kelompok teror tak segan untuk membalas dendam aparat.
"Kasus ini sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia, tidak mengenal status sosial. Bisa saja anggota kita atau masyarakat anak-anak, dan bisa saja yang lain. Kita terus berkomitmen penegakkan hukum secara tegas kepada sindikat internasional dan sindikat lainnya yang menyuplai ke Indonesia," kata Jenderal Sutarman di Mabes Polri, Jakarta, Ahad (12/10).
"Saya pernah menyampaikan kalau kita melakukan penangkapan pelaku terorisme kita dimusuhi, ditembak. Tapi kejahatan narkoba ditangkap, mereka makin dekat dengan penegak hukum. Ini sangat berbahaya," ujar Sutarman.
Guna memantau anggotanya tidak 'terkontaminasi' siasat para bandar, Polri melakukan pengecekan rutin urine setiap anggota.
"Untuk keamanan anggota kita selalu melakukan pengecekan secara periodik tes urin dan sebagainya. Kita ingatkan dan kita lakukan penindakan. Ada 80-an anggota kita dikeluarkan (karena narkoba)," ungkap Sutarman. "Kita terus melakukan pengawasan baik kepala unit Polres-Polsek. Sehingga tidak ada yang terlibat atau terpengaruh," imbuhnya.