REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI -- Cuaca ekstrim di Kota dan Kabupaten Bekasi dirasakan oleh sejumlah warga sejak beberapa hari terakhir, tepatnya sejak Jumat (10/10) lalu.
Warga mengaku kepanasan saat sedang di rumah maupun sedang bekerja. Bahkan, mereka tetap berkeringat meskipun sudah mandi.
Warga RT 03/ RW 05, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Untung Rahardjo (49 tahun), merasakan panas yang tidak biasa di Kota Bekasi, tepatnya sejak Jumat (10/10) hingga Ahad (12/10) kemarin.
"Sejak Jumat hingga Minggu (Ahad) kemarin, cuaca panas sangat terasa sekali. Siang hari saya merasa sangat haus, di dalam rumah juga terasa panas," tutur Untung saat diwawancarai Republika, Senin (13/10) sore.
Apalagi waktu tengah hari, saat ngojek di jalan, lanjut Untung, panas matahari sangat menyengat tubuhnya. Bahkan tubuhnya tetap berkeringat meskkipun sudah pakai jaket.
Namun, paparnya, angin yang berhembus di jalan saat ngojek dapat sedikit mengurangi panas matahari yang menyengat saat itu.
Untung mengaku sejak tiga atau empat hari yang lalu kakinya terasa panas saat ngojek. Kepala juga terasa panas walaupun sudah pakai helm.
"Sore ini, Senin (13/10), cuacanya agak mendingan (bersahabat), teduh, tidak seperti kemarin, Ahad (12/10), yang panasnya sangat menyengat," papar untung.
Menurut Untung, cuaca di Kota Bekasi hingga kemarin mencapai 39 derajat, beda satu derajat dengan jakarta, 40 derajat Celcius.
"Saya dengar-dengar, katanya cuaca di Kota Bekasi mencapai 39 derajat, beda satu derajat dengan di Jakarta, yang suhunya mencapai 40 derajat," ungkap Untung.
Untung pun menduga ada tiga penyebab utama timbulnya cuaca ekstrim di Kota Bekasi.
"Saya dengar, matahari yang biasanya Pulau Kalimantan, sekarang sedang melintasi Pulau Jawa, jadi panasnya ekstrim," jelas Untung.
Penyebab lainnya, paparnya, semakin banyak pohon-pohon yang habis ditebangi. Apalagi, rumah-rumah dan gedung-gedung di Kota Bekasi terbuat dari kaca.
Dampaknya, lanjut Untung, terjadilah efek rumah kaca dan pemanasan global di Kota Bekasi. Jadi, cuaca di Kota Bekasi pun meningkat ekstrim.
Pernyataan senada diungkapkan warga RT 01/ RW 08, Desa Sukamekar, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Totok Sugianto (55 tahun).
"Sejak Jumat (10/10) hingga Ahad (12/10) kemarin, cuaca panas menyengat dan sangat terasa di Kabupaten dan Kota Bekasi. Bahkan sehabis mandi saya justru berkeringat, biasanya tidak," papar Totok saat diwawancarai Republika, Senin (13/10) sore.
Totok sehari-hari ngojek di dekat kantor Wali Kota Bekasi. Ia pun merasakan panas menyengat saat ngojek sejak empat hari lalu.
"Saya pakai jaket saat ngojek. Biasanya nggak pernah berkeringat saat pulang ke rumah. Tapi empat hari ini, pulang ngojek justru mandi keringat meskipun pakai jaket," jelas Totok.
Menurut Totok, suhu di Kota dan Kabupaten Bekasi mencapai 39 derajat Celcius. Apalagi, Totok merasakkan pompa air Sanyo di rumahnya semakin kecil alirannya. "Saya dengar begitu, 39 derajat," ujarnya.
Totok pun melihat air kali semakin mengering, angin di jalan juga semakin jarang. Cuaca ekstrim ini terjadi akibat ulah manusia.
Penyebab cuaca ekstrim itu, lanjut Totok, ialah pemanasan global akibat alam yang sudah rusak. Apalagi, pohon-pohon banyak yang ditebang, polusi dari industri di Kota Bekasi juga semakin tidak terkendali.
"Mall-mall dan rumah-rumah serta gedung-gedung dari kaca semakin banyak jumlahnnya di Kota Bekasi. Akibatnya, pemanasan global dan efek rumah kaca terjadi," ungkap Totok.