REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Indonesia Dino Patti Djalal berharap potensi pasar benua Afrika tidak hanya dimanfaatkan pengusaha besar namun Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) juga mampu menembus pasar Afrika.
"Hubungan bisnis Indonesia-Afrika harus bisa menarik pengusaha menengah dan kecil, produk kita harus masuk ke Afrika," kata Dino Patti Djalal usai menghadiri seminar Africa Rising di Kementerian Luar Negeri Indonesia, Rabu (15/10).
Dino menjelaskan saat ini sejumlah pengusaha besar di Indonesia sudah berinvestasi di Afrika seperti Indofood, Indorama, dan Medco Energy.
Menurut Dino, hubungan sejarah dan emosional yang terjalin antara Indonesia dan Afrika sejak Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955 harus berubah menjadi hubungan ekonomi karena saat ini perkembangan Afrika sangat potensial.
Dino meminta masyarakat merubah citra Afrika yang lekat dengan perang, wabah penyakit dan kemiskinan menjadi benua dengan pertumbuhan ekonominya yang baik dan memiliki banyak potensi di masa mendatang.
Menurut data IMF pada 2013, beberapa negara Afrika mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia yakni, Sudan Selatan 27,06 persen, Sierra Leone 20,12 persen, Ethiopia 9,6 persen, Pantai Gading 8,7 persen, Liberia 8,6 persen dan Republik Kongo sebesar 8,5 persen.
Bahkan secara umum benua Afrika mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,7 persen selama periode 2009-2013.
Dino mengatakan pertumbuhan ekonomi tersebut harus mampu dimanfaatkan investor besar maupun UMKM Indonesia dengan cara melakukan kunjungan misi dagang dan mengirim diplomat ekonomi ke Afrika.
Ia juga berharap pemerintah bisa memberikan data ekonomi tentang Afrika kepada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk membimbing produk UMKM masuk ke Afrika.
"Tantangan kami adalah bagaimana UMKM Indonesia masuk pasar Afrika, HIPMI dan Kadin harus mampu menggerakkan UMKM ke Afrika," kata Dino.