Kamis 16 Oct 2014 14:00 WIB

Baku Tembak Terjadi di Benghazi, 13 Orang Tewas

Bendera Libya
Bendera Libya

REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Tentara Libya dan penduduk bersenjata terlibat baku tembak dengan para petempur Islam di kota pelabuhan Benghazi Rabu, menewaskan setidaknya 13 orang, sehari setelah seorang mantan jenderal berikrar akan merebut kembali kota itu.

Kota terbesar kedua Libya itu dilanda konflik untuk menguasainya antara satu aliansi krlompok milisi Islam dan militer, yang didukung oleh pasukan yang setia pada mantan jenderal Khalifa Haftar.

Suara tembakan dapat terdengar di beberapa distrik, kata penduduk. Setidaknya sembilan tentara tewas dan dua lainnya cedera, dan empat warga sipil ditemukan tewas di satu jalan, jumlah korban bisa bertambah, kata para dokter rumah sakit.

Para petempur dari satu kelomok Islam, Ansar al-Sharia, menyerang kamp satu batalyon tank angkatan darat, salah satu dari pangkalan-pangkalan terakhir yang masih dikuasai pasukan pemerintah sejak kelompok milisi mengusir kesatuan-kesatuan khusus angkatan darat dari Benghazi beberapa bulan lalu.

Pesawat-pesawat tempur milik pasukan yang bersekutu dengan Haftar, membom posisi-posisi yang diperkirakan dikuasai milisi Islam, kata penduduk. Pada Selasa, Haftar berjanji akan "membebaskan" Benghazi.

Perdana Menteri Abdullah al-Thinni dan juru bicara Haftar, Mohammed El Hejazi mengatakan tentara telah merebtu kamp 17 Februari milik pasukan "Majlis al-Shura", satu kelompok induk milisi-milisi Islam.

"Pasukan Majlis al-Shura melarikan diri ketika menghadapi serangan militer," kata Thnni kepada stasiun televisi Sky News Arabia TV yang bermarkas di Uni Emirat Arab (UAE). "Daerah Benghazi kini aman."

Tidak mungkn memverifikasi pernyataan itu segera tetapi seorang wartawan Reuters dapat mendengar suara tembakan di daerah kamp itu, memperkirakan pertempuran belum berakhir.

Ahmad al-Mismari, juru bicara kepala staf militer Libya mengatakan pertempuran masih berlangsung karena sejumlah petempur Islam tidak menyerah kendatipun tentara menguasai kamp itu.

Tiga tahun setelah jatuhnya orang kuat Muammar Gaddafi, situasi buruk di Benghazi menandakan ketidakmampuan pemerintah pusat untuk mengendalikan faksi-faksi bersenjata yang pernah berjuang menggulingkan Gaddafi.

Tetangga-tetangga Libya dan negara-negara Bara khawatir negara anggota OPEC itu dapat dilanda perang saudara karena pemerintahnya yang lemah tidak dapat mengendalikan brigade-brigade bekas pemberontak yang memiliki senjata-senjata berat yang kini menentang pemerintah negara itu.

PBB mulai melakukan perundingan untuk mengakhiri perang di antara berbagai faksi, tetapi beberapa kelompok garis keras sejauh ini menolak setiap gagasan perundingan.

Di antara pasukan yang berseteru di Benghazi adalah Haftar, mantan sekutu Gaddafi, dan Ansr al-Sharia, kelompok Islam yang Washington tuduh terlibat serangan tahun 2012 terhadap konsulatnya di Benghazi, di mana dutabesar AS tewas dalam insiden itu.

Para pegiat Benghazi Rabu menyerukan protes-protes di jalan terhadap milisi-miisli Islam termasuk Ansar al-Sharia.

Di beberapa bagian kota Benghazi, para pemuda yang bersenjata memerangi milisi Islam , yang medirikan tempat-tempat pemeriksaan di kota itu. Penduduk lokal menyerbu satu restoran dan tempat-tempat bisnis lainnya, menuduh para pemilik memberikan dana kepada Ansar al-Sharia.

Di barat Benghazi satu pesawat tempur menggempur satu gudang berisi bahan kimia yag digunakan untuk membersihkan pipa-pipa minyak, kata Saad al-Fakhri, wakil kepala serikat buruh minyak negara itu.

Pemerintah yang diakui internasional dan parlemen yang baru dipilih telah dipindahkan ke kota Tobruk dekat perbatasan dengan Mesir.

Thinni mengatakan dialog hanya akan dilakukan dengan mereka yang mengakui Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Pasukan Misrata dan kelompok milisi Islam menuduh Haftar dan Thinni memiliki hubungan dengan para pejabat era-Gaddafi. Haftar dekat dengan Gaddafi sampai mereka bertikai tahun 1980-an. Thinni adalah mantan perwira senior dalam angkatan darat Libya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement