Sabtu 18 Oct 2014 21:25 WIB

Uang Bukan Satu-satunya Modal Wirausaha

Wirausaha (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Wirausaha (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uang bukan satu-satunya modal untuk berwirausaha karena ada banyak faktor yang dapat dijadikan pendukung dalam berbisnis, kata pakar keuangan Aidil Akbar di Jakarta, Sabtu (18/10).

Perencana keuangan itu mengatakan bahwa memiliki uang untuk memulai bisnis bukanlah satu-satunya kunci berwirausaha. Dia meyakinkan agar orang-orang yang belum punya modal dana untuk berwirausaha tidak perlu berkecil hati. Ada berbagai cara mendapatkan dana dari sumber lain, misalnya lewat pinjaman.

"Kalau tidak punya uang, carilah partner yang bisa mendanai," ujar Aidil dalam seminar "How To Make Money With Your Passion" di Jakarta.

Oleh karena itu, seseorang harus menawarkan sesuatu sebagai modal lain agar ada penyandang dana yang bersedia membiayai bisnisnya. Dia menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat menjadi modal berwirausaha, antara lain keahlian, rekam jejak dan jejaring pertemanan.

Orang yang memiliki keahlian dalam hal jasa, misalnya memasak dan menjahit, otomatis punya modal untuk berwirausaha. Sementara itu, rekam jejak bersih diperlukan untuk membangun kepercayaan dengan rekan bisnis.

Ia mengatakan bila rekam jejak ternodai dengan kelakuan buruk, misalnya penipuan, tentu tidak ada orang yang mau bekerja sama dengannya. Selain itu, jejaring pertemanan pun dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis. Oleh karena itu, dia mengingatkan agar pebisnis selalu menjaga hubungan baik dengan teman-temannya.

"Bisnis di Indonesia lebih sering berkembang lewat jaringan pertemanan karena terasa lebih aman," ujar dia.

Lebih lanjut, Aidil juga mengemukakan beberapa kesalahan dalam berbisnis. Dia menyarankan agar para wirausahawan mencari target pasar terlebih dahulu sebelum menentukan produk dan jasa yang akan ditawarkan. "Jangan membuat produk yang idealis dan terlalu canggih tapi tidak ada yang membeli," katanya.

Menentukan segmentasi target pasar pun harus mendetil. Dia mencontohkan target pasar anak kuliah dapat terbagi lagi menjadi beberapa kategori, misalnya mahasiswa yang biasa naik transportasi umum atau mahasiswa yang membawa kendaraan sendiri.

Rencana bisnis juga sebaiknya dibuat secara sederhana karena bila terlalu rumit dikhawatirkan akan sulit diimplementasikan. "Bisnisnya jalankan dulu, sambil jalan ya dibetul-betulkan bila ada kesalahan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement