REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Unicef melaporkan, setiap lima menit kekerasan dapat menewaskan seorang anak di dunia. Organisasi tersebut menargetkan segala bentuk kekerasan berakhir pada 2030.
Dilansir dari BBC News, Unicef mengatakan sebagian besar kematian anak terjadi di luar zona perang. Unicef mengatakan, jutaan orang muda di bawah usia 20 tahun merasa tak aman di rumah, sekolah hingga lingkungan masyarakat mereka.
Unicef menerbitkan sebuah laporan berjudul, "Anak-Anak dalam Bahaya: Bertindak untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Anak. Peluncuran laporan tersebut menandai dimulainya kampanye, 'Anak-Anak dalam Bahaya".
Laporan memperingatkan, sekitar 345 anak di bawah 20 tahun bisa tewas akibat kekerasan setiap hari di tahun mendatang. Ini bisa dihindari jika pemerintah di seluruh dunia segera mengambil tindakan.
Hasil laporan menunjukkan, anak-anak yang menjadi korban kekerasan memiliki aktivitas otak yang mirip tentara di zona perang. Lebih dari 30 persen dari mereka cenderung mengalami gangguan stres paska trauma.
Laporan mengatakan, mereka yang hidup dalam kemiskinan lebih cenderung menjadi korban kekerasan. Seorang remaja di Amerika Latin bahkan, 70 kali lebih berisiko terbunuh dibanding di Inggris.
"Kami ingin anak-anak yang hidup dalam ketakutan memiliki kesempatan untuk merasa aman dan tentram," kata direktur eksekutif Unicef Inggris David Bull.
Unicef mengatakan, hanya 41 negara yang memiliki larangan eksplisit terkait kekerasan terhadap anak-anak. Namun laporan tersebut mengatakan, tak ada ruang untuk berpuas diri di negara-negara kaya. Sebeb menurut Unicef, tak ada bangsa yang mampu menyediakan perlindungan penuh yang dibutuhkan anak-anak.