REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai dilantik Presiden Djoko Widodo, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo langsung mendatangi kantor barunya, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Pada pertemuan perdana dengan pejabat Eselon I di Kemendagri, politisi senior PDIP itu terang-terangan menyampaikan keengganannya dipanggi dengan sebutan 'Pak Menteri'.
"Kita satu keluarga, saya risih kalau dipanggil Pak menteri. Dipanggi Pak Tjahjo atau Mas Tjahjo saja," kata Tjahjo di kantor Kemendagri, Senin (27/10) sore.
Pria kelahiran Surakarta 1 Desember 1957 itu mengungkapkan dirinya terbiasa sebagai orang bebas. Menurutnya, pengawalan berupa voorrijder maupun pengawalan dari ajudan tidak dibutuhkannya.
"Karena saya terbiasa bebas, saya tidak ingin pake voorrijder, pengawalan juga tidak. Kecuali ada acara penting yang waktunya mepet dan harus cepat, okelah," kata dia.
Sekjen PDIP ini juga menyampaikan hanya akan menggunakan mobil dinas menteri untuk acara kedinasan. Jika melakukan aktifitas di luar acara dinas, Tjahjo tidak akan menggunakan mobil dinas kementerian.
Selain menolak menggunakan voorijder, pengawalan dari protokoler juga ditolak Tjahjo. "Saya tidak perlu ajudan, pengawalan tidak perlu. Staf yang kemarin dipakai Pak Gamawan yang ada tetap saya pakai, saya hanya bawa satu sekretaris yang ikut dari DPR," ujarnya.
Tjahjo merupakan Mendagri ke 28 yang dilantik Presiden Jokowi hari ini di Istana Presiden. Dia memiliki karir politik yang cukup panjang.
Tjahjo pernah terpilih sebagai Anggota DPR sebanyak enam kali periode. Periode 1987-1992 dan 1992-1997, dia menjadi Anggota DPR Utusan dari Partai Golkar.Kemudian sejak 1999 hingga kini, Tjahjo tercatat sebagai Anggota DPR RI yang diusung PDIP.
Sebelum aktif di DPR, dia memulai karir politiknya sejak menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, kemudian dia pernah menduduki kursi Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) periode 1990-1993.