Faktor Cina
Satu hal yang menghambat keinginan Taiwan untuk memperluas hubungan perdagangan maupun diplomatiknya dengan negara-negara lain adalah faktor “Satu Cina”.
Sebagaimana diketahui, kedua negara ini masih bermasalah secara politik. Cina menganggap Taiwan sebagai bagian dari provinsinya, sementara Taiwan menganggap diri sebagai negara merdeka dan independen.
Taiwan dan Indonesia belum menjalin hubungan diplomatik akibat penerapan kebijakan politik Satu Cina.
Kedua negara hanya menjalin hubungan dalam bidang ekonomi atau perdagangan. Pengaruh Cina terhadap Indonesia disebut-sebut sebagai penyebab keengganan Indonesia menjalin hubungan bilateral yang lebih erat dengan Taiwan.
Walau demikian, Direktur Jenderal Departemen Organisasi Internasional Kementerian Luar Negeri Taiwan, Tom Chou, menegaskan, hubungan Taiwan dengan Cina semakin membaik dari tahun ke tahun.
Hal ini berlangsung sejak Presiden Ma Ying-Jeou melakukan pendekatan berbeda ke Tiongkok mulai 2008 lalu. “Hal ini berimbas pada kian melemahnya tekanan Cina terhadap Indonesia ataupun negara-negara lain yang ingin menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, kata Chou, ketika berbicara dengan negara-negara ASEAN, yang dijadikan fokus utama adalah pengembangan ekonomi.
“Di lain pihak, kami juga banyak melakukan investasi di daratan Cina. Karenanya, saya percaya Cina takkan menentang Taiwan ketika melakukan investasi di Indonesia atau di negara-negara ASEAN lainnya.”
Terkait dengan kebijakan Satu Cina, menurut Chou, ada definisi yang berbeda antara Cina dan Taiwan. Berdasarkan konsensus 1992, yang dimaksud Satu Cina adalah warga Taiwan maupun Cina adalah bangsa Cina.
“Kedua pihak memiliki pengertian berbeda tentang Satu Cina. Definisi Satu Cina ini memiliki ruang interpretasi sendiri.”